Yu-Chuan Li menambahkan, bahwa teknologi Artificial Intelligence (AI) bisa menjadi salah satu cara mengatasi permasalahan sistem pelayanan kesehatan. Kedepannya ia ingin supaya kualitas pelayan bisa penuhi, agar pelayanan kesehatannya tinggi baik untuk individu maupun masyarakat.
“Tentu dari sisi biayanya akan bisa ditekan. Inovasi AI sudah diterapkan dalam penyediaan dukungan medis di Eropa serta sebagian besar wilayah di dunia, dan diharapkan tekhnologi ini akan bisa dimanfaatkan di Indonesia ke depannya,” ungkapnya saat memaparkan materi yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai negara tersebut, Kamis Sore, (8/9) di Auditorium Unusa Lantai 9 Kampus B Jemursari.
Hal senada diungkapkan Prof. Alison Hutton pengajar di University of Newcastle, Australia.
Dirinya menyampaikan bahwa era society 5.0 mempertemukan berbagai bidang dengan teknologi yang menghasilkan Artificial Intelligence.
Di Australia Artificial Intelligence telah membantu para perawat disana. Situasi dan kondisi para perawat di Australia selama terjadinya ‘Disruptive Events’.
"Disruptive Events yang terjadi di Australia tidak hanya pada saat Pandemi Covid-19 tetapi juga kebakaran hutan dan banjir," tuturnya.
Hal ini berdampak tak hanya fisik tetapi juga mental. Manajemen sistem pemerintahan yang kurang persiapan membuat banyak dari persiapan yang terkena COVID sehingga mengurangi jumlah pekerja.
"Para perawat lainnya harus bekerja secara overtime. Hal ini menyebabkan beberapa pekerja yang kelelahan. Situasi ini pihak pemerintah menyiapkan beberapa skema laternatif, salah satuunya melalui implementasi Artificial Intelligence,” pungkasnya.
Editor : Ali Masduki