SURABAYA, iNews.id – Teka-teki Presiden RI Pertama, Soekarno pernah aktif sebagai kader Muhammadiyah mulai terjawab. Anggota MPR RI, Puti Guntur Soekarno mencatat Bung Karno pernah menjadi salah satu pengurus Muhammadiyah.
Fakta ini diungkapkan Puti dalam ‘Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika’ di Surabaya melalui virtual. Sebagai cucu Bung Karno, Puti menegaskan kalau Bung Karno merupakan anggota Dewan Pengajar Muhammadiyah di Bengkulu, dan aktif melakukan pengajaran.
“Apa yang dilakukan Bung Karno sejalan dengan KH Ahmad Dahlan, apalagi Bung Karno merupakan anggota Dewan Pengajar Muhammadiyah Bengkulu. Ini masih ada arsipnya,” kata Puti Guntur Soekarno, Anggota MPR RI dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika secara virtual di Surabaya.
Puti menuturkan, adanya pemikian yang sama antara Bung Karno dan KH Ahmad Dahlan memunculkan ide keberadaan sila-sila yang ada di Pancasila. Sila-sila tersebut merupakan bangunan demokrasi spiritual Bangsa Indonesia, karena Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragama.
“Jadi setiap warga Negara lahir dan meninggal merupakan bangsa yang memiliki agamanya masing-masing,” ujarnya.
Kehadiran falsafah ini muncul dari sari pemikiran KH Ahmad Dahlan yang dirangkum dan diterjemahkan Bung Karno. Untuk itu, saat Bung Karno berpidato dan mempresentasikan konsep Pancasila, seluruh peserta siding menyetujuinya. “Secara aklamasi pidato diterima, kader Muhammadiyah ikut juga menerima konsep Pancasila yang ditawarkan Bung Karno,” papar Puti.
Bahkan rasa terima kasih Negara terhadap Muhamamdiyah diwujudkan dengan menjadikan tokoh-tokoh Muhammadiyah sebagai tokoh nasional. “Bung Karno ingin Indonesia memiliki pemikiran Negara modern,” terang dia.
Seiring dengan perkembangan zaman, Puti mencatat banyak tantangan bangsa yang harus dihadapi, diantaranya masih lemahnya penghayatan dan pengamalan dan munculnya ajaran agama yang keliru, pengabaian terhadap kepentingan daerah serta timbulnya fanatisme kedaerahan, kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaankebhenekaan dan kemajemukan, kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagai pemimpin dan tokoh bangsa, dan tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal.
“Ini yang terjadi selama ini, pengaruh globalisasi yang ada selama ini menjadi tantangan perubahan,” ungkap Puti.
Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Khusnul Khotimah mengatakan, pihaknya sangat mendukung apa yang dilakukan Puti. Menurut dia, generasi muda banyak yang mulai lupa akan arah Pancasila. “Jadi sangat tepat sosialisasi 4 Pilar dilakukan terhadap generasi-generasi saat ini,” katanya.(arif)
Editor : Arif Ardliyanto