Monumen lainnya yang juga menyimpan kisah tragis terdapat di wilayah Tulungagung Selatan.
Pada masa penjajahan (1942 - 1945), Jepang melaksanakan sistem kerja paksa atau romusha untuk membangun saluran sudetan banjir dengan mengalirkan air melalui terowongan yang menembus bukit Neyama (Gunung Selatan) untuk dibuang langsung ke Samudera Hindia.
Ribuan warga Tulungagung, Blitar dan Kediri dipaksa untuk bekerja membangun Parit Raya dan menggali terowongan.
Mereka dipekerjakan tanpa upah dengan penuh penderitaan dan kelaparan. Ditambah dengan adanya wabah malaria pada saat itu, mengakibatkan banyak pekerja yang meninggal dunia karena penyakit dan kelelahan.
Jasad mereka dikuburkan di bukit Neyama tidak jauh dari lokasi terowongan yang digali. Pembuatan terowongan ini gagal dan terhenti.
Tahun 1986, proyek kembali diteruskan oleh Pemerintah. Dan untuk mengenang jejak kekejaman romusha ini, dibuatlah sebuah monumen di kawasan Terowongan Neyama yang bernama Monumen Sukamakmur.
Editor : Ali Masduki