KEDIRI, iNews.id – RSUD Gambiran Kota Kediri terus meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat. Rumah Sakit milik pemerintah ini mendatangkan alat medis canggih untuk menangani penyakit batu ginjal tanpa melakukan operasi.
Alat ini didatangkan karena potensi penyakit ginjal di Kediri cukup besar. Untuk itu, mendatangkan alat ini cukup efektif. Karena masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk penanganan penyakit batu ginjal.
Direktur RSUD Gambiran Kota Kediri, dr Fauzan Adima, M.Kes, mengatakan, pada tingkatan tertentu diperlukan prosedur penanganan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) untuk penyakit batu ginjal. ESWL merupakan tindakan mengeluarkan batu saluran kemih dengan cara memecahkannya menggunakan mesin medis. Mesin tersebut menghasilkan energi berupa gelombang kejut (shockwave) yang diarahkan langsung ke arah batu.
“Penanganan ESWL di RSUD Gambiran tergolong paling baik di Kediri. Kami memiliki alat modern dan presisi buatan Jerman, sehingga pasien tidak perlu merasakan nyeri yang berlebihan,” katanya.
Menurut dr. Fauzan, dengan alat bermerk Richard Wolf type Piezolith 3000 ini, keberhasilan penanganan juga mencapai 80 hingga 100 persen. Dengan estimasi waktu tindakan sekitar 60 menit atau 4000 tembakan per-detik, efek samping juga dirasa jauh lebih sedikit dibanding operasi.
Dokter spesialis Urologi RSUD Gambiran, Dr dr Gunandar Rachmadi, Sp.U mengatakan, penanganan pasien dengan ESWL ini tidak memerlukan tindakan bius. Penyakit ini dapat dipicu oleh beragam kondisi, seperti kurang minum air putih, berat badan berlebih, atau efek samping operasi pada organ pencernaan.
“Sebagian besar penderita batu ginjal adalah orang yang berusia 30-60 tahun. Penyakit ini dapat dipicu oleh beragam kondisi, seperti kurang minum air putih, berat badan berlebih, atau efek samping operasi pada organ pencernaan,” ujarnya.
Untuk diketahui, sebagian besar penderita batu ginjal adalah orang yang berusia 30-60 tahun. Pihaknya meminta masyarakat untuk memperhatikan kesehatan mulai hal terkecil. Dengan cara itu, maka mengurangi adanya penyakit.
Editor : Arif Ardliyanto