Dalam penelitian tersebut, dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR ini juga menemukan bahwa diperlukan sosialisasi secara berkesinambungan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program ini.
Nita menuturkan, saat ini masyarakat perlu diberikan bukti riil terkait dampak plastik di lingkungan. Salah satunya dengan menunjukkan contoh penyebab banjir di Pasar Kapasan, yaitu kantong plastik sekali pakai yang masuk dan menumpuk di selokan.
"Saat selokan dibongkar, akan menimbulkan bau, Jadi disini dampak riil yang dirasakan banjir dan bau sampah," kata dia.
Nita berharap adanya percepatan penetapan regulasi penggunaan sampah plastik sekali pakai di Surabaya, yang juga dibarengi dengan tumbuhnya rasa cinta lingkungan oleh masyarakat.
"Harapannya agar masyarakat mencintai lingkungannya, salah satunya dengan cara mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai, membawa tas kain atau keranjang saat berbelanja ke pasar, dan lain-lain," tandasnya.
Editor : Ali Masduki