IPUnesa Terbitkan Buku Soerono Martorahardjo
SURABAYA, iNews.id - Ikatan Pensiunan Unesa (IPUnesa) menerbitkan buku yang berjudul Soerono Martorahardjo. Buku 230 halaman tersebut untuk mengenang sosok Soerono Martorahardjo, salah satu tokoh yang sangat berjasa dan sangat berkesan bagi dunia pendidikan atau kemajuan IKIP Surabaya (saat ini Universitas Negeri Surabaya atau Unesa).
Buku ditulis oleh 46 orang yang terlibat dalam kehidupan Soerono. Mulai anak, cucu, mahasiswa hingga rekan seperjuangan yang mengenal baik pak Rono sapaan akrabnya.
Alm Soerono Martorahardjo pernah menjabat Rektor Unesa selama dua periode. Tepatnya pada tahun 1984-1988 ini dikenal sebagai sosok pemimpin yang sabar dan mempunyai andil besar dalam pembangunan Unesa Lidah Wetan bersama alm Prof Budi Dharma.
Karena sifat baiknya dan karakter pemimpin yang pengayom ini, Ikatan Pensiunan Unesa (IPUnesa) mengabadikan cerita dan sosok Soeroni Martorahardjo.
Ketua IPUNESA, Alimufi Arief yang juga Editor buku menuturkan, disusunnya buku ini adalah sebagai bentuk terimakasih atas perhatian dan pengabdian yang dilakukan Pak Rono selama memimpin IKIP Surabaya.
Tak hanya itu, sifat sabara, penyayang dan bentuk perhatian yang dilakukan Pak Rono terhadap pensiunan tentu memberikan kesan yang sangat dalam bagi anggota IPUNESA.
"Hal-hal sederhana seperti selalu menanyakan kabar di WA grup pensiunan ini yang membuat kita masih diperhatikan. Tapi yang saya sesalkan hingga saat ini waktu meninggal, pengurus IPUNESA sedang berada di Pacitan. Besok paginya meninggal, ini semua teman-teman tidak ada yang tahu termasuk saya," ceritanya mengenang Pak Rono usai peluncuran buku Soerono Martorahardjo (Sosok Yang Bersahaja).
Di mata Alimufi, Pak Rono merupakan sosok yang luar biasa. Bahkan ia menilai Pak Rono merupakan pimpinan yang langkah ditemui karena karakter kepemimpinan dan sosok yang bersahaja
Pada cetakan pertama ini, sebanyak 300 eksemplar buku dicetak dan akan disebarkan melalui jurusan di masing-masing fakultas. Harapannya, seluruh warga Unesa baik dosen hingga mahasiswa dapat mengenang dan mencontoh sifat baik Soerono Martorahardjo.
Sementara itu, Putra kedua Soerono, Pung Heru Yuwono, menceritakan sebelum menjadi rektor IKIP Surabaya (Unesa saat ini, red), Pak Rono merupakan kepala sekolah di SMAN 1 Jambi pada tahun 1958-1961.
Di usia yang masih terbilang mudah yakni 24 tahun, Pak Rono memberikan kesan yang mendalam bagi para murid-muridnya. Bahkan sebelum meninggal, ia sempat diajak reuni bersama.
"Bagi mereka (murid-muridnya dan mahasiswa, red) bapak ini terkenal dengan sifat kesabaran dan keikhlasannya," terangnya.
Mas Ipung sapaanya bahkan menggambarkan, karakter pak Rono dengan istilah jawa "Digdoyo Tanpo Aji" yang artinya Digdaya tanpa kesaktian.
"Maksudnya segala perilaku bapak ini berkaitan dengan kesabaran dan keikhlasan seungguhan. Jadi yang diingat orang-orang ya sifatnya itu," imbuh dia.
Ipung berharap buku ini menjadi pembelajaran bagi siapapun yang membaca. Terutama kaum muda, termasuk anak, cucu dan cicit yang nanti cerita ini akan menjadi sejarah. "Semoga bisa bermanfaat bagi cucu dan cicit dan menjadi sejarah bagi keluarga," tandasnya.
Editor : Ali Masduki