SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Bunuh diri menjadi fenomena yang banyak dibicarakan. Pasalnya, orang-orang akan beranggapan bahwa korban adalah orang yang lemah dan pecundang. Namun, pada dasarnya lingkungan memiliki peran penting dalam mendukung pencegahan bunuh diri di dunia.
Pakar Psikolog Universitas Airlangga (UNAIR) Atika Dian memberikan pandangan tentang pentingnya peran masyarakat terhadap kesehatan mental orang-orang di sekitar.
Kesehatan Mental Orang Sekitar
Atika menjelaskan bahwa orang-orang yang sedang memiliki mental tidak baik-baik saja biasanya akan terjadi perubahan kognitif dalam pola berpikir. Seperti, sulitnya berkonsentrasi, mudah lupa, dan ceroboh.
Selain itu, terjadi perubahan afektif menjadi lebih sensitif. Misalnya, mudah marah, mudah menangis, dan mudah tersinggung. Dan, yang terakhir adalah perubahan perilaku. Seperti, tiba-tiba menarik diri dan tidak banyak melakukan interaksi dengan teman yang sebelumnya dekat dengannya.
“Perubahan tiga area itu yang setidaknya bisa kita amati dan kemudian kita bisa dekati. Kalau ini pada anak sekolah atau kuliah juga bisa terlihat dari menurunnya performa akademik,” tambahnya.
Karena itu, penting bagi masyarakat untuk sadar dan peka terhadap perubahan orang-orang di sekitar. Tidak memilih abai dan tetap peduli kepada orang lain merupakan langkah awal terciptanya cegah aksi bunuh diri. Orang-orang yang memiliki gangguan kesehatan mental akan merasa aman terhadap lingkungan yang sehat disekitarnya.
Cara mahasiswa
Di bangku perkuliahan, mahasiswa tidak hanya dibekali segudang ilmu, namun diharapkan menjadi agent of change di dalam masyarakat. Mahasiswa harus memiliki jiwa sosial yang tinggi karena sesuai dengan salah satu tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian. Sama halnya dengan kesehatan mental di dalam masyarakat, mahasiswa memiliki peran penting untuk mendukung pencegahan bunuh diri di dunia.
Salah satu cara mahasiswa membantu terjalinnya kesehatan mental adalah dengan memberikan dukungan psikologis awal. Prinsipnya ada tiga, yaitu memperhatikan atau mengamati (look), mendengarkan (listen), dan mendampingi (link).
“Ada beberapa hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan kepada dia, misalnya ketika dia menangis kita ambilkan. Itu adalah langkah pertama dulu. Jadi, kalau ada orang menangis jangan ditanya dulu kenapa. Perhatikan kebutuhan yang paling dasar yang bisa kita bantu,” ucap Anita.
Cara sederhana yang bisa kita bagikan untuk orang sekitar merupakan langkah awal pertolongan kita sebagai orang awam. Setelah look adalah listen yang bersifat penawaran. Artinya, mendengarkan itu adalah langkah yang bisa kita berikan ketika teman kita mau bercerita. Dan tidak boleh ada pemaksaan karena akan membuat dia merasa tidak nyaman
“Dan yang terakhir adalah link, yaitu menghubungkan pihak-pihak tertentu untuk bisa membantu teman kita tersebut. Tidak harus ke profesional, seperti bisa diarahkan ke help center UNAIR. Atau bisa juga dilakukan dengan memberikan info layanan kesehatan mental,” tutupnya.
Menjadi Pendengar Yang Baik dan Tidak Judgmental
Setiap orang memiliki pemikiran, pengalaman, harapan, dan ketahanan yang berbeda dengan kita. Coba pahami dari sudut pandang korban bagaimana dia memaknai masalah yang terjadi. Maka untuk mendukung proses ini, jauhkan respons yang bersifat judgemental.
“Jauhi respons menghakimi, seperti kamu kurang bersyukur. Itu akan membuatnya merasa bersalah. Selain itu, kita bisa memberikan validasi emosinya. Contohnya dengan kata-kata seperti aku paham itu berat buat kamu,” katanya.
Selain itu, tunjukkan bahwa pendengar ini menyimak dengan beberapa cara misalnya dengan mengulang kembali apa yang sudah disampaikan sebelumnya. Berikan penekanan hingga menunjukkan bahwa kamu menyimak setiap ceritanya. Sehingga orang yang bercerita merasa lebih nyaman karena mendapat perhatian yang utuh.
Hubungkan Jembatan Emosional dengan Empati dan Pendapat
Memberikan pendapat merupakan salah satu usaha membangun jembatan emosional yang bersangkutan. Sehingga sebisa mungkin kita menggunakan bahasa yang tidak menghakimi agar bisa diterima dan disesuaikan dengan posisi orang tersebut.
“Apabila yang curhat ini adalah teman dekat kita, gunakan bahasa yang biasa digunakan atau sesuai yang biasa dilakukan. Artinya tidak perlu menggunakan kata-kata yang menunjukan bahwa kita lebih mengerti terhadap persoalan ini daripada dia.”
Selain itu kita juga perlu mengenal karakter orang-orang yang curhat. ketahui bahwa beberapa orang hanya menyampaikan unek uneknya saja. Sehingga kita tak harus menyampaikan pendapat atau solusi kita kecuali bila diminta.
Dalam memberikan pendapat yang terpenting adalah jangan memberikan harapan palsu. Terutama penggunaan kalimat “semua akan baik-baik saja” pada beberapa permasalah berat. Cobalah membuat pandangan yang objektif dari sudut pandangmu.
Editor : Ali Masduki