Ketiga, para santri ketika di pesantren harus niat untuk ngaji (menuntut ilmu), bukan sekadar numpang berteduh atau tinggal untuk beristirahat.
Kiai Asyhari Marzuqi menekankan betul kepada para santri untuk menata niat dan motivasinya dalam mengkaji ilmu. Ibarat kompas, niat akan menentukan ke mana arah dan tujuan akan berlabuh.
Keempat, ketika ngaji, khususnya ngaji al-Qur’an, kita harus menapak dari satu tahap ke tahap berikutnya. Sebagai titik awal, biasanya kita mengaji dengan motivasi pahala dan barakah (qiraah ajr wa tsawab wa barakah). Tetapi, tahap ini harus terus ditingkatkan menuju motivasi pemahaman (fahm), perenungan (tadabbur), dan pengamalan. Sehingga, baris-baris al-Qur’an yang ada dalam mushaf selanjutnya akan bertransformasi menjadi baris-baris perilaku dan akhlak.