SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Lokalisasi Dolly Surabaya memang sudah tutup. Wajah Dolly pun sudah berubah 100 persen. Wisma-wisma yang dulunya gemerlap setiap malam sudah menjadi cafe dan tempat usaha.
Hanya saja, nama besar lokasi prostitusi terbesar di Asia Tenggara itu masih melekat dalam ingatan banyak orang. Disisi lain, muncul harapan dan impian baru. Anak-anak yang tinggal dilingkungan Dolly memiliki harapan besar akan masa depan.
Mereka pun akhirnya mencurahkan isi hati dan keinginnya lewat bingkai photovoice. Sedikitnya 11 anak eks lokalisasi dolly yang tergabung dalam Pondok Pesantren Jauharotul Hikmah membuat tiga karya foto bertema mimpi, keberhasilan, serta aset atau kekuatan yang dimiliki.
Sebanyak 33 foto karya anak eks lokalisasi dolly dalam bentuk photovoice tersebut dipamerkan di Gedung Perpustakaan lantai 5, Kampus Ubaya Tenggilis, Surabaya, Kamis (23/2/2023). Selain pameran, dalam momen berharga ini juga digelar diskusi bertajuk “Voicing the Voiceless”.
Ketua Pelaksana, Dr. Dra. N.K. Endah Triwijati, M.A. atau akrab dipanggil Tiwi, mengatakan kegiatan itu merupakan inisiasi dari Fakultas Psikologi Ubaya, berkolaborasi dengan Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PUSHAM Ubaya).
Kegiatan ini diadakan untuk mendengarkan harapan dan impian anak-anak atas hidup, tumbuh, dan berkembang di lingkungan tempat tinggalnya.
“Photovoice adalah salah satu cara untuk menghargai suara mereka. Foto-foto dalam pameran ini merupakan ekspresi dari suara anak yang mengajak kaum dewasa untuk belajar memahami hati dan pikiran mereka dengan seksama,” terangnya.
Tiwi berharap, kegiatan ini dapat menjadi sarana anak eks lokalisasi dolly dalam menyalurkan emosinya sekaligus menjadi masukan bagi pemerintah ketika membuat program untuk anak.
Editor : Ali Masduki