JAKARTA, iNewsSurabaya.id - Presiden RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah berdiskusi di kantor Yayasan Paramadina, Pondok Indah. Dilansir dari nu.or.id dan buku humor Gus Dur, diskusi yang dilakukan menyebut nama Lasio.
Dalam diskusi tersebut, Gus Dur tampil bersama pakar filsafat yang mendalami masalah Konghucu. Nama pakar itu Dr. Lasio, mengingatkan orang pada klub sepak bola ternama Italia, Lazio.
Sang pakar bicara lebih dulu, dan menguraikan pandangan-pandangannya di depan ratusan peserta yang meluber sampai ke luar ruang yang cukup sempit. Tiba giliran Gus Dur, dia memulai dengan komentar tentang pentingnya topik diskusi tersebut.
Tapi katanya,”Kok saya yang harus tampil melawan Lasio? Lah mestinya kan lebih tepat kalau dia tanding melawan AC Milan,”
Dan sang pakar pun hanya tersenyum saja mendengar guyonan itu.
Dalam humor lainnya, Gus Dur bercerita, sebelum pecah, Uni Soviet, sebelum pecah, dikenal sebagai “Tirai besi”, negara yang sangat tertutup. Pengontrolan terhadap individu luar biasa ketat.
Dan semua orang harus tunduk dan patuh saja terhadap apapun yang ditentukan negara. Jangankan berontak, menyanyikan lagu Barat saja orang akan diinterogasi berhari-hari oleh polisi rahasia.
Alkisah, tutur Gus Dur, dalam sebuah perjalanan bertemulah dua orang yang belum saling kenal dalam satu kereta, yang seorang berasal dari Polandia dan seorang lagi dari Moskow. Keduanya akhirnya saling berkenalan dan terlibat obrolan yang cukup serius.
Si orang Polandia bertanya kepada si Bung dari Moskow itu, “Hadiah apakah yang akan anda peroleh kalau Anda memamerkan lambang serikat buruh di Moskow?”
“Tidak tahu, apa kira-kira hadiah yang akan kudapat,” jawab kawan yang dari Moskow itu.
Sang penanya kemudian menjawab sendiri teka-tekinya itu. "Anda akan memperoleh dua buah gelang dan satu rantai.”
“Gelang emas atau perak?” tanya kawan asal Moskow ini penasaran.
“Borgol!” jawab si orang Polandia kalem.
Editor : Arif Ardliyanto