Hanya saja, dari keempat, ternyata yang diterima dia dan Rizki Susanto. Eng Hian langsung yang mengabari.
''Saat itu, saya lagi main di Sirnas (Sirkuit Nasional) Makassar. Saya langsung ke Singapura,'' lanjut atlet yang memulai berlath bulu tangkis di Ternate, Maluku Utara, tersebut.
Namun, di Singapura, Rizky hanya bertahan dua minggu. Pergantian pelatih dari Eng Hian ke pelatih Korea Selatan sangat berimbas.
''Pelatih Korea Selatan itu tidak mau pebulu tangkis dari Indonesia. Setelah itu, saya kembali ke Surabaya,'' jelasnya.
Di Kota Pahlawan, julukan Kota Surabaya, Rizky berlatih di klubnya, Wima. Klub yang sudah diikutinya sejak usia 9 tahun atau setelah dia memutuskan meninggalkan Ternate untuk berlatih di Surabaya.
Pada 2015, Rizky kembali ke Singapura. Dia mendapat panggilan mengikuti seleksi kembali untuk menjadi lawan tanding bagi tim nasional negara itu.
''Saya diterima sekaligus bertuga sebagai asisten pelatih. Di Singapura, saya bertahan hingga 2020,'' ujarya.
Selama di sana, putra pasangan Ismal Samad dan Nurlaila Abbas ini juga merasakan menjadi juara nasional pada 2019. Ketika itu, dia berpasangan dengan Albert Saputra di ganda putra.
''Di ganda campuran, saya menjadi runner up berpasangan dengan Shinta (Mulia Sari, atlet asal Jogjakarta yang sudah menjadi warga negara Singapura). Kalau di Indonesia, saya juara 2010 di Bengkulu ketika berpasangan dengan Ade Yusuf,'' kenang Rizky.
Editor : Arif Ardliyanto