SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Anggota Komisi XI DPR RI Indah Kurnia mengajak warga kota Surabaya mulai dari tingkat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kalurahan (LPMK), hingga RT/RW supaya gotong royong menjaga stabilitas ekonomi bangsa Indonesia.
Menurut Indah, RT/RW merupakan kepanjangan tangan pemerintah kota yang sangat dekat dengan masyarakat. Selain berperan menjaga keharmonisan didalam kehidupan masyarakat, mereka juga bisa andil dalam perekonomian sehingga inflasi bisa ditekan. Termasuk ikut dalam membangun Indek Pertumbuhan Manusia (IPM),
"RT/RW merupakan ujung tombak perekonomian nasional," katanya dalam Focus Group Discussion (FGD) di Surabaya, Kamis (09/3/2023).
FGD bersama Bank Indonesia (BI) yang mengangkat tema "Identifikasi Potensi Ekonomi Daerah Untuk Mengatasi Inflasi" yang diikuti oleh para pengurus LPKM, RT dan RW kota Surabaya tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang inflasi dan bahayanya jika tidak dibendung. Indah Kurnia menyebut, bahwa inflasi harus dijaga karena jika tidak dijaga maka negara bisa koleps.
Legislator Daerah Pemilihan Jawa Timur 1 (Surabaya & Sidoarjo) tersebut menyampaikan, selama ini pemerintah dan Komisi XI DPR RI sudah bekerja keras agar perkonomian negara stabil. Disisi lain, jika masyarakat dibawah tidak ikut mendukung maka kerja keras DPR dan pemerintah juga tidak akan berdampak maksimal. Untuk itu, pemahaman tentang bahaya inflasi yang selama ini menjadi momok harus juga dipahami oleh masyarakat.
Untuk membantu negara, lanjut Indah, LPMK dan RT/RW bisa dengan melakukan kerja-kerja nyata, kerja-kerja baik diranah yang kecil. Sehingga terwujud small and beautiful, RT/RW kecil tapi cantik.
Ia mengungkapkan, program-program RT/RW di kota Surabaya selama ini sudah cukup baik. Salah satunya dengan adanya program kompetisi sehat untuk memperbaiki RT/RW yang dicetuskan Tri Rismaharini saat menjabat sebagai Walikota Surabaya. Saat ini, program tersebut diteruskan oleh Walikota Surabaya Eri Cahyadi.
"Jika RT nya cantik, ekonominya baik, dan inflasinya rendah, maka tidak menyumbang inflasi Surabaya. Jangan sampai kita menjadi penyumbang yang kurang baik. Kita jadi penyumbang yang baik-baik saya untuk bangsa Indonesia," tuturnya.
Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, inflasi adalah masalah dunia. Hanya saja sebagian orang masih belum menyadari sepenuhnya. Untuk itu, Indah mengajak masyarakat supaya bijak dalam mengelola keuangan. Apalagi, inflasi sangat erat korelasinya dengan seberapa pendapatan dan kebutuhan hidup.
"Karena jika harga naik belum tentu gaji ikut naik," ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Indah Kurnia juga mengingatkan supaya berhati-hati maraknya tawaran investasi bodong. Kemudahan-kemudahan dalam mendapatkan uang tersebut bisa saja menjadi jebakan yang menjerumuskan. Disini, peran RT/RW sangat dibutuhkan. Ia pun siap mendatangi kampung-kampung di Surabaya dan Sidoarjo untuk melakukan edukasi dan literasi keuangan.
Indah optimis, jika seluruh pengurus RT dan RW di Surabaya ini ikut turun tangan dalam sektor ekonomi, maka perekonomian stabil. Apalagi saat ini Jawa Timur merupakan penyumbang perekonomian nasional terbesar kedua setelah DKI.
"Sehingga kita berkewajiban mempertahankan dan meningkatkan. Kalau ibu kota negara pindah ke Kaltim maka jatim bisa menjadi nomor 1. Kita harus bersama-sama mewujudkan Jawa Timur menjadi kota nomor 1 melalui kota kita tercinta Surabaya. Melalui kelurahan kita masing-masing. Melalui RW kita masing-masing dan melalui RT kita masing-masing. Kita menjadi penyumbang atau kontributor," paparnya.
"Tidak masalah dari masalah dari berapa besar yang kita terima, tapi bagaimana cara kita mengelolanya agar menjadi kebaikan bagi kita semua," ujarnya.
Sementara itu Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Budi Hanoto, mengungkapkan bahwa inflasi merupakan momok terbesar dalam perekonomian setiap bangsa, termasuk Indonesia. Inflasi adalah sebuah fenomena peningkatan sekelompok barang-barang yang meningkat dari tahun ke tahun. Kalau ada inflasi maka harga pasti naik.
Jawa Timur, kata dia, saat ini tingkat inflasinya 6,47 persen, lebih tinggi dari nasional dan ke 5 tertinggi dari semua provinsi di Indonesia. Dari 6,47 itu, makanan, minuman dan tembakau menjadi penyumbang terbesar. Selain itu biaya Pendidikan juga penyumbang inflasi.
Budi mengingatkan, menjelang Ramadan dan Idul Fitri ini masyarakat harus waspada terhadap inflasi di Jawa Timur. Karena daging ayam ras, telor ayam ras, angkutan udara, bawang merah dan cabe merah diprediksi naik.
"Point ini akan naik menyusul permintaan pasar yang tinggi. Maka belanjalah sesuai kebutuhan, gak berlebihan," kata dia.
Untuk mengendalikan inflasi, Budi menjelaskan bahwa ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Diantaranya mengoptimalkan pekarangan rumah tangga, dukungan pemerintah untuk budidaya pangan mandiri, gerakan mini green house, hingga kampanye belanja bijak.
Bank Indonesia sendiri berperan dalam pengendalian inflasi dengan berfokus pada pencapaian sasaran tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang tercermin pada perkembangan laju inflasi.
Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP & TPID) terus berkomitmen dalam menjaga terkendalinya inflasi nasional. Hal tersebut diwujudkan melalui gelaran Sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (Gernas PIP).
Gernas PIP menjadi langkah komitmen bersama untuk mengoptimalkan langkah-langkah pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional. Mencakup Perluasan Kerjasama Antar Daerah, Komitmen penyelenggaraan Operasi Pasar daerah rentan gejolak inflasi di wilayah Jawa, serta Implementasi Gerakan urban farming dan digital farming.
Budi menjelaskan, untuk menekan inflasi, BI punya jurus 4 K. Pertama, keterjangkauan harga. "Ini dilakukan dengan operasi pasar. Saat harga mulai naik maka dinas pertanian akan turun tangan. Barang-barang apa yang naik jadi harus tepat sasaran," kata Budi. Kemudian ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif.
Dalam kesempatan yang sama, Pemerhati Ekonomi, Paring Waluyo, mengajak LPKM dan RT/RW kota Surabaya agar melihat potensi dilingkungannya masing-masing dengan mengalang gerakan menanam. Jika ada lahan sempit bisa dimanfaatkan untuk bertani. Antar RT bisa berkoordinasi tanaman apa yang bisa di budidayakan. Sehingga produk pertanian tidak sama. Misal, RT satu menanam cabe dan RT lainnya menanam tomat.
"Gerakan menanam ini penting. Wilayah RT/RW bisa dibagi akan menanam apa. Itu nanti bisa dipertukarkan," ucapnya.
Hal itu bisa untuk mengantisipasi jika ada sebagaian bahan makanan naik. Warga bisa mengatasinya dengan saling tukar barang dagangan hasil produksi setempat.
Editor : Ali Masduki