Tapi kebalikannya yang terjadi jika si B misalnya hadir dan diterima secara baik tetapi nomornya tak pernah nomor satu. Sehingga ini menjadi persoalan.
“Kalau begitu lembaga survei jadi parasit demokrasi. Lembaga ini dibayar kemudian mengarahkan pada calon atau kandidat tertentu,” tegasnya.
Dia melanjutkan lembaga survei sudah memiliki kecenderungan atau framing opini dengan pilihan berganda pada responden.
“Dari tuntutan pertanyaan kita pun bisa menyimpulkan sosok mana yang ingin diangkat lembaga survei tersebut,” tegas dia.
Refly kemudian mencontohkan pertanyaan potensial A ada terkait kinerja dengan opsi percaya atau tidak. Namun anehnya kemudian pada kandidat lain tak ada pertanyaan serupa seperti itu.
Dari sini Refly berani mengambil kesimpulan jika kelakuan lembaga survei maju tak gentar membela yang bayar. “Preferensi ini lah yang menggerakkan lembaga survei. Preferensi ini tak lepas dari pemodal,” bebernya.
Editor : Arif Ardliyanto