SURABAYA, iNews.id - Puluhan orang menjadi korban penipuan perumahan berkedok Syariah di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Tak tanggung-tanggung, nilai kerugian mencapai Rp 8,5 miliar.
Atas dugaan penipuan dan penggelapan ini, korban melaporkan developer perumahan ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jatim, Selasa (4/1/2022) siang. Mereka didampingi kuasa hukum, Muhammad Sholeh untuk mencari keadialan atas kelakukan oknum developer di Sidoarjo. "Ada 80 korban dugaan penipuan dan penggelapan yang dilakukan oleh PT Indo Tata Graha. Dimana direktur utama atas nama Dadang Hidayat. Sebenarnya korban ada ratusan, namun yang bisa dikoordinir terkumpul 80 orang. Dari 80 korban ini terbagi di tiga perumahan yang mereka beli yakni, Graha Permata Juanda, Bumi Madinah Asri Juanda dan Madinah Asri Kanjuruan di Pasuruan," kata M. Sholeh, Kuasa Hukum korban, Selasa (4/1/2022).
Sholeh menuturkan, modus penipuan ini mengatasnamakan agama, dimana mereka melarang adanya riba dan nama-namanya juga menggunakan simbol agama. "Rata-rata pembeli perumahan ini mayoritas muslim, sehingga terkesima dan ingin beli rumah," lanjut dia.
Para korban sudah membayar lunas, namun fakta di lapangan tidak ada proses pembangunan perumahan, dan di area sekitar masih dalam bentuk tanah kosong. "Pembelian ini sejak 2017, dan sampai saat ini tidak ada wujudnya," lanjut dia.
Pihak developer sendiri menjanjikan akan mengembalikan uang korban, namun sampai saat ini tidak ada itikad baik dari pihak pengembang perumahan. "Tahun kemarin Dadang ini sudah terjerat kasus hukum di Polrestabes Surabaya. Dengan kasus kos-kosan mewah, namun ada perdamaian dan akhirnya bebas," ucapnya.
Sedangkan untuk kasus dugaan penipuan dan penggelapan tiga perumahan ini. Pihaknya memutuskan untuk melaporkan ke SPKT Polda Jatim, dan berharap pihak berwajib segera menangkap pelaku, sehingga uang korban bisa segera dikembalikan.
Marlina, Ibu dua anak yang menjadi korban hanya bisa menangis saat dimintai keterangan di SPKT Polda Jatim dengan menggendong anaknya. Ia menjelaskan, untuk bisa membeli rumah hafrus mengumpulkan uang hasil dari jualan es di sekolah sedikit demi sedikit. Namun saat ada penawaran perumahan ia justru ditipu temannya sendiri.
"Marketingnya itu teman saya sendiri, namun ternyata saya ditipu. Saya sendiri sudah setor Rp 47 juta dan sudah saya angsur Rp 25 juta. Namun saat ini sudah tidak bisa mengangsur karena tidak berjualan lagi karena Covid-19," unngkapnya.
Karena tidak ada kejelasan terkait dengan pembangunan perumahan, pihaknya mencoba untuk menelfon temannya, namun tidak pernah ada jawaban. Saat datang ke rumah, kondisi rumah kondisi kosong dan tidak ada orang. "Saya juga punya keinginan untuk cancel, namun pihak manajemen mengatakan dipotong Rp 18 juta. Namun saya tidak mau, karena uang itu saya kumpulkan hasil jualan es," tambahnya. Ia berharap kepada pihak kepolisian bisa segera membantu warga atau korban segera menangkap Dadang, nantinya uang korban bisa dikembalikan.
Editor : Arif Ardliyanto