SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Peta politik menuju Pemilu 2024 terus digaungkan. Para bakal calon presiden (capres) telah muncul ke permukaan dengan partai-partai koalisinya.
Kandidat capres 2024 yang mulai terlihat seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, hingga Prabowo Subianto. Ketiganya mulai menyusun strategi dan negosiasi bersama partai politik masing-masing.
Sementara itu, kandidat pendamping untuk mereka sebagai cawapres juga sudah mulai bergema. Beberapa nama mulai diutak-atik dan digaungkan. Mulai dari politikus, pengusaha, dan birokrat.
Nama cawapres itulah yang dianggap bakal menentukan posisi "nilai tawar" para kandidat RI 1 itu di mata rakyat dalam Pemilu 2024 mendatang.
Pengamat politik, Eka Santosa mengakui, masyarakat memang sudah mulai memasuki ruang "perang cawapres".
Ia menilai, peran cawapres cukup vital untuk mendampingi pemimpin Indonesia, baik dari sisi geopolitik, kultur, hingga kebutuhan dan keterwakilan masyarakat.
Hal itu tentunya sejurus dengan upaya dan cita-cita pendiri negeri yang menginginkan bangsa lebih mandiri, tidak bergantung, atau bisa berdikari.
"Sudahlah, kalau presiden (kandidatnya) sudah harus di Pulau Jawa atau setidaknya bernada O (namanya). Tapi, kalau wapres kita bisa mencari alternatif keseimbangan itu baik dari sisi keterwakilan Indonesia Timur dari pandangan kenusantaraan dan juga profesionalisme kerja," kata Eka dalam keterangannya, Senin (08/5/2023).
"Misalnya, Pak SYL (Syahrul Yasin Limpo) yang bisa dipertimbangkan oleh kita. Sosok birokrat yang cocok menurut saya, karena pernah jadi lurah, camat, bupati wakil bupati, gubernur," tambah Eka, yang juga mantan Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat ini.
Editor : Ali Masduki