Wali Kota Eri Cahyadi pun bercerita saat ia mengumpulkan camat dan lurah di Balai RW XI, Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir Surabaya. Di sana, ia memberikan contoh kepada lurah dan camat dalam menyelesaikan persoalan di sebuah wilayah dengan bertemu langsung dengan warga.
“Saya tanya dan duduk bersama RT dan RW, kita cek yang masuk keluarga miskin berapa. Oh ini tidak benar, ayo didatangi. Kita datang bersama RT, RW, lurah dan camat. Warga yang didatangi menyampaikan kalau tidak mau mendapatkan bantuan permakanan, meminta keluar,” terangnya.
Sebab, menurutnya, jika pendataan atau survei tersebut dilakukan, diharapkan intervensi pemkot bisa lebih tepat sasaran. Karenanya, Wali Kota Eri Cahyadi menggandeng RT/RW untuk turun bersama.
“Jadi mengerti ada yang warga yang mengaku tidak pantas mendapatkan bantuan. Nah seneng kan? Bayangkan itulah yang saya inginkan, guyub rukun itu. Maka saya mulai dulu RW XI Kelurahan Wonokusumo, baru ke RW yang lainnya, dan Alhamdulilah ini sudah berjalan dan kita bergerak semuanya,” katanya.
Di sisi lain, camat dan lurah serta RT di lingkungan RW XI Kelurahan Wonokusumo, melakukan pendataan persoalan warga di lokasi tersebut. Seperti, pengerjaan Penerangan Jalan Umum (PJU), genangan, dan lainnya. Jika sudah terdata, maka akan mendapat prioritas pengerjaan oleh masing-masing PD.
“Apa yang gelap? PJU nya, berapa titik? Lalu genangan berapa titik? Dikerjakan tahun berapa? Ini sedang disiapkan lagi teman-teman (PD) dan RT/RW. Nanti kalau sudah, saya datang ke Balai RW, data ini betul tidak? Kalau sudah benar nanti saya tanda tangani, walikota yang tanda tangan,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Wali Kota Eri Cahyadi akan memantau pengecekan data dan layanan masyarakat. “Kalau tidak didatangi bersama-sama nanti (ada) fitnah lagi. Sekali lagi, permakanan dan kesejahteraan bukan untuk kepentingan politik. Ini tanggung jawab kita untuk sesama manusia, sebagai sesama warga Surabaya. Maka saya minta tidak ada politisan disini,” pungkasannya.
Editor : Arif Ardliyanto