BLITAR, iNewsSurabaya.id - Sektor pertanian menjadi salah satu roda penting dalam membangun ekonomi baik di tingkat daerah maupun nasional. Inovasi pertanian menjadi salah satu factor untuk menghasilkan produksi lebih baik.
Untuk mengetahui bentuk inovasi yang tepat dikalangan petani, Korwil Kiai Muda Jawa Timur , Ali Baidlowi menyelenggatakan Workshop Konsep Pertanian Terpadu di Pondok Pesantren Al Khusuk Tugurejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Jawa Timur kemarin.
Kegiatan ini diharapkan bisa mengedukasi warga sekitar yang mayoritas merupakan petani. Sehingga mereka bisa mengolah hasil pertanian agar bermanfaat bagi sektor perikanan dan peternakan, begitu juga sebaliknya.
"Tujuan kami yang pertama agar mereka mengetahui, yang kedua mereka bisa melakukan apa yang diajarkan mulai dari awal sampai akhir," ujar Ali.
"Dari ternak untuk ternak, ke petani yang dimakan manusia, dan kembali lagi ke ternak lagi. Mereka bisa memanfaatkan itu, bisa menjadi petani yang mandiri tidak bergantung pada pupuk kimia," lanjut dia.
Pada kesempatan itu, dilakukan praktik cara membuat silase dari rumput gajah dan pupuk kompos dari kotoran kambing. Adapun silase merupakan makanan ternak yang memiliki kadar air tinggi, diolah melalui proses fermentasi dengan bantuan jasad renik.
Dengan metode pengolahan pertanian terpadu ini diharapkan bisa menghemat waktu, tenaga, dan biaya petani. Namun tetap memperoleh hasil pertanian, peternakan, maupun perikanan yang maksimal bahkan lebih berkualitas.
"Kami menginisiasi atas permintaan warga sendiri agar ada semacam pertanian terpadu antara peternakan, pertanian, dan perikanan yang mana mereka bisa memanfaatkan dari alam sekitar untuk kesejahteraan mereka melalui pelatihan ini," jelas Ali.
Ali menuturkan, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi warga lantaran wilayah Blitar atau perbatasan Malang Selatan itu masih terdapat banyak daerah rerumputan. Selain itu, lokasi permukimannya juga belum terlalu padat penduduk.
"Mereka bisa membuat pakan ternak, menghemat waktu, dan juga memanfaatkan keberadaan kotoran-kotoran (ternak) tersebut menjadi magot atau pakan ternak yang lain," kata Ali.
"Kami praktik silases (juga), bagaimana memfermentasi pakan ternak untuk jadi lebih awet, bisa bertahun-tahun bertahan, mereka tidak perlu cari pakan tiap hari," imbuhnya.
Senada dengan Ali, salah seorang peserta bernama Ibnu Nuryansyah (24) juga menyebut bahwa acara yang digelar tersebut sangat bermanfaat dan menyenangkan.
"Acaranya cukup seru menurut saya dan juga bermanfaat untuk kita semuanya karena kita mendapat ilmu baru dari segi pertanian peternakan. Semoga pada kesempatan selanjutnya ini hal positif yang bisa berlanjut ke depannya," ungkap Ibnu.
Kegiatan itu juga sebagai bentuk sosialisasi sosok Ganjar Pranowo di wilayah setempat. Di sela-sela acara, para hadirin melakukan doa bersama agar Ganjar jadi Presiden 2024-2029.
"Semoga Bapak Ganjar Pranowo bisa menjadi Presiden 2024 dan juga mensejahterakan masyarakat Indonesia, terkhususnya untuk petani di Indonesia," pungkas Ibnu.
Editor : Arif Ardliyanto