Beberapa pelayanan yang akan diterapkan di lapangan diantaranya ada, layanan dasar Ultrasonografi (USG) untuk mencegah angka kematian ibu dan anak, pendampingan oleh dokter anak, hingga pendampingan mahasiswa FK UNAIR dengan cara home visit (kunjungan ke rumah) atau melalui Balai RW.
“Insyaallah bulan Agustus ini, kalau memungkinkan ya (digerakkan serentak) sebelum 17 Agustus. Karena 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan, maka juga harus merdeka dari stunting, kemiskinan, angka kematian ibu dan anak bisa terwujud di Surabaya,” ungkap Cak Eri Cahyadi.
Cak Eri menerangkan, pada tahun 2021 kasus stunting di Kota Surabaya menurun 28,9 persen (6.772 balita), kemudian di tahun 2022 turun menjadi 4,8 persen (923 balita) sehingga menjadi kota yang terendah kasus stuntingnya di Indonesia. Hingga akhirnya per 30 Juni 2023 angka stunting di Kota Surabaya tersisa 651 balita.
“Sama dengan angka kematian ibu dan anak di Kota Surabaya, dalam hal pencegahan kita terbaik kedua di Jawa Timur. Padahal sebelumnya kita yang tertinggi (angka kematian ibu dan anak), ini karena apa? Sinergi dengan semua stakeholder yang ada khususnya FK UNAIR,” terangnya.
Dekan FK UNAIR Prof Budi Santoso menyampaikan, beberapa program kerjasama antara FK UNAIR dengan Pemkot Surabaya sudah ada yang berjalan. Diantaranya adalah penanganan angka kematian ibu (AKI) yang sudah dijalankan di 6 Puskesmas, diantaranya Puskesmas Ngagel, Pucang, Mulyorejo, Tenggilis Mejoyo, dan sebagainya. Rencananya, program penanganan AKI di Kota Surabaya akan lebih diperluas lagi.
Budi mengatakan, dari FK UNAIR ada 315 mahasiswa yang dilibatkan dalam pencegahan AKI. Agar maksimal, ke depannya FK UNAIR juga akan ada kolaborasi dan menggelar pelatihan untuk para mahasiswa kedokteran dari berbagai universitas di Kota Surabaya.
“Sebenarnya sudah digerakkan oleh Pak Wali setahun atau dua tahun lalu, melibatkan fakultas-fakultas kedokteran, namun berjalan sendiri-sendiri. Mungkin kita akan melakukan suatu pelatihan untuk mahasiswa fakultas kedokteran UNAIR, UBAYA, UNUSA, UMS, dan sebagainya, sehingga materi yang dibawakan oleh mahasiswa saat pendampingan itu sama,” katanya.
Editor : Arif Ardliyanto