Kisah Mbah Sambu, Penyebar Islam di Lasem, yang Berhasil Mengatasi para Perompak
Tanggal kelahiran Mbah Sambu tetap tidak diketahui hingga hari ini, karena catatan sejarah belum ditemukan. Selain itu, catatan sejarah yang komprehensif tentang Mbah Sambu masih belum ditemukan. Menurut catatan sejarah singkat, ia wafat pada tahun 1671 Masehi.
Hingga hari ini, acara tahunan di Lasem yang disebut "haul Mbah Sambu" masih diadakan pada tanggal 14, 15, dan 16 Dzulhijjah, dengan berbagai kegiatan. Acara ini mencakup tidak hanya ritual keagamaan tetapi juga acara budaya seperti karnaval dan kompetisi Hadroh.
Kehadiran awal Mbah Sambu di wilayah Lasem disebabkan oleh undangan dari Adipati Tedjokusumo I, atau Mbah Srimpet, dan ia diangkat sebagai pemimpin agama di Kadipaten Lasem untuk membantu dalam penyebaran Islam.
Beliau memainkan peran penting dalam meredam aksi perompakan yang telah menyebabkan kekacauan di pusat kota Lasem. Pada saat itu, wilayah Lasem meliputi Sedayu Gresik, Tuban, Rembang, Pati, dan bahkan Jepara.
Berkat kontribusinya, Mbah Sambu, yang juga menantu dari Adipati Lasem, diberikan tanah hibah yang mencakup lokasi sekarang dari Masjid Jami' di Lasem, membentang dari Kecamatan Lasem hingga ke arah selatan Kecamatan Pancur, area yang lebih besar daripada sekarang.
Selain menumpas perompakan, kedatangannya di Lasem juga didedikasikan untuk menyebarkan ajaran Islam.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta