Prabowo Subianto yang saat ini telah dideklarasikan oleh Partai Gerindra Beserta Partai Koalisi yakni diantaranya Partai Golkar, Partai PAN Partai Gelora serta Partai Demokrat pun pada dasarnya membutuhkan pasangan Calon Wakil Presiden yang memiliki kekuatan elektoral di Jatim.
Prof. Hj Mutimmah Faidah, M. Ag yang merupakan Pengasuh Ponpes Mahasiswa UNESA mengatakan pentingnya para kandidat cawapres mulai melirik kelompok perempuan sebagai basis suara yang potensial.
Hal tentu tanpa alasan, karena sebagian besar keputusan di pondok pesantren kurang lebih terdapat intervensi Bu Nyai. Selain itu, perlu diperhatikan juga beberapa poin yang wajib dimiliki oleh cawapres yakni track record yang clean and clear, amanah, Fathonah dan berwibawa.
"Langkahnya sangat mudah, yakni perlu didekati Fatayat dan muslimat. Dan kebetulan Pak Erick terlihat minggu lalu hadir pada agenda Apel Akbar Fatayat yang dilaksanakan di Surabaya, Jatim," katanya pada forum diskusi publik yang dilaksanakan di Ampiteater FAHUM UIN Surabaya Kota Surabaya, Kamis (5/10/2023)
Akademisi dari kalangan NU dan Berasal dari Ponpes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, DR. Ummi Chaidaroh SH. MHI menilai, sangat sederhana melihat indikator dan tipikal cawapres yang perlu didorong untuk mendampingi nama-nama capres yang telah beredar.
"Yakni, kedekatan dengan santri dan juga para pengasuh di Ponpes merupakan representasi kedekatan cawapres tersebut dengan masyarakat. Indikator itu sangat terlihat pada pak Erick Thohir yang sering aktif mengunjungi pondok pesantren," jelasnya.
Sementara itu, akademisi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Akhmad Jayadi menyatakan, ketokohan cawapres yang sangat fleksibel untuk bisa masuk di semua kalangan adalah Pak Erick Tohir karena variabel resistennya sangat sedikit. "Sehingga nama Pak Erick Thohir sangat potensi untuk di dorong sebagai cawapres yang potensial," katanya.
Pembicara lainnya, Dosen Ilmu Politik FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya Laili Bariroh, M.Si menjelaskan tentang kemampuan Erick Thohir dalam mengimbangi ruang kosong terkait pengelolaan ekonomi politik. Hal ini tentu belum dimiliki oleh capres - capres yang beredar. "Sehingga modal ini menjadi penting untuk menutupi kekurangan -kekurangan yang ada," tandasnya.
Editor : Arif Ardliyanto