get app
inews
Aa Text
Read Next : Tragedi di Universitas Ciputra, Mahasiswi Nekat Akhiri Hidup dari Lantai 22, Titip Pesan untuk Pacar

Kisah Inspiratif! Uswatun Khasanah, Anak Buruh Serabutan Raih S1 dan S2 dengan Beasiswa

Selasa, 24 Oktober 2023 | 08:22 WIB
header img
Siti Uswatun Khasanah, alumni Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) meraih gelar S1 dan S2 dengan beasiswa. Foto: Dok: UM Surabaya

SURABAYA, iNews.id - Ketekunan selalu menghasilkan hasil yang manis, dan ini adalah deskripsi yang cocok untuk perjalanan Siti Uswatun Khasanah, seorang alumni Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) dalam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang menempuh kuliah S1 dengan beasiswa Bidikmisi.

Seorang wanita asal Desa Simorejo, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, berhasil lulus dengan predikat cum laude dari UM Surabaya.

Tidak hanya itu, ia juga meraih penghargaan sebagai wisudawan terbaik dan peraih prestasi non-akademik terbaik pada tahun 2018.

Dilansir dari um-surabaya.ac.id, selama masa kuliahnya di UM Surabaya, Uswah aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan selama tiga tahun.

Selain itu, ia juga menjadi seorang jurnalis kampus dan pernah dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tahun 2017. Uswah juga aktif dalam lomba menulis puisi dan cerpen di tingkat nasional, dengan beberapa karyanya meraih kejuaraan.

Minatnya dalam dunia menulis membawanya untuk menerbitkan beberapa buku, seperti "Merawat Luka" (2018), "Sajak Rindu" (2019), dan "Sebelas Purnama" (2020), yang telah dicetak dalam ratusan eksemplar dan masih tersedia di toko online hingga saat ini.

Uswah adalah anak pertama dari pasangan Sahal dan Kasmidah. Ayahnya, Sahal, adalah seorang buruh serabutan dan pencari rumput sehari-hari, yang tidak menyelesaikan Sekolah Dasar (SD).

Ibunya, Kasmidah, adalah seorang ibu rumah tangga yang hanya lulus SD. Uswah menganggap bahwa kehidupan sederhana ini telah mengajarkannya banyak hal.

"Saya masih ingat betul ketika di kelas 2 SMP, saya sering dipanggil oleh guru karena belum bisa membayar LKS. Saya juga masih ingat ketika saya menjadi anak yang paling terakhir yang baru bisa membayar kaos olahraga saat itu," kenang Uswah pada hari Minggu (22/10/23).

Saat masuk SMP, ayahnya didiagnosis menderita diabetes sehingga tidak dapat bekerja sebagai buruh serabutan setiap hari. Ibunya mengambil alih pekerjaan serabutan di sawah orang. Uswah bukanlah siswa yang paling pintar di kelasnya, bahkan saat SMP ia hanya menempati peringkat 14.

Setelah lulus dari SMP, Uswah hampir terpaksa putus sekolah karena masalah biaya, tetapi berkat tekadnya yang kuat untuk belajar, ayahnya mencarikan sekolah untuknya. Uswah melanjutkan sekolah di MA Muhammadiyah 2 Banjaranyar, yang memiliki sistem pembayaran setiap 6 bulan atau bahkan setahun sekali.

"Karena saya sangat ingin bersekolah, ayah mencarikan saya sekolah di mana-mana. Alhamdulillah, sekolah tersebut memungkinkan pembayaran ditangguhkan hingga saat ayah memiliki panen di sawah," ujarnya.

Untuk bersekolah, Uswah harus menempuh perjalanan sejauh 12 kilometer setiap hari menggunakan sepeda tua karena keluarganya tidak memiliki sepeda motor.

Di sekolah tersebut, ia berusaha untuk menjadi yang terbaik di kelas. Selama tiga tahun, ia menempati peringkat kedua dari 32 siswa. Ia juga beberapa kali memenangkan lomba penulisan, mulai dari tingkat Kabupaten hingga Provinsi. Keaktifannya dalam mengikuti lomba membawanya mendapatkan potongan biaya SPP.

Setelah lulus ujian nasional, Uswah tinggal di Panti Asuhan Muhammadiyah Bojonegoro selama dua bulan. Ia mengikuti pelajaran tambahan untuk lulus ujian masuk perguruan tinggi.

Di panti asuhan, ia juga belajar banyak keterampilan praktis, seperti membuat tempe, memerah susu sapi, dan berjualan tempe.

"Setelah beberapa kali mendaftar, akhirnya saya diterima di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Saya masih ingat bahwa biaya pendaftaran saat itu sebesar 350.000, dan untuk membayar biaya tes, ayah menjual seluruh ayam di kandang," kata Uswah.

Untuk biaya perjalanan ke Surabaya, ayahnya menjual persediaan gabah di rumahnya. Meskipun ayah dan ibunya hanya lulus SD, keduanya sangat menghargai pendidikan. Bagi mereka, ilmu pengetahuan adalah warisan terbaik yang dapat diberikan kepada anak-anak mereka.

Saat ini, Uswah diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana di Universitas Airlangga, dalam Program Studi Kajian Sastra dan Budaya, dengan bantuan Beasiswa Unggulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Setiap orang memiliki waktu mereka sendiri. Setelah lulus, saya bekerja sebagai guru sekolah dasar selama tiga tahun, dan setelah ayah meninggal, saya pindah menjadi seorang jurnalis. Alhamdulillah, takdir membawanya kembali ke bangku sekolah pada tahun ini," ucapnya.

Uswah berbagi tips belajarnya. Menurutnya, sejak SMA, ketika ia bermimpi untuk kuliah, ia sering meminjam buku dari perpustakaan dan membacanya di rumah.

Menurutnya, memiliki kesadaran dalam membentuk kebiasaan membaca sangat penting, karena membaca akan memperluas wawasan. Dengan wawasan yang luas, seseorang akan memiliki cara pandang yang bijak terhadap berbagai masalah.

Cara belajar kedua yang diungkapkan oleh Uswah adalah dengan mencatat. Sejak SMA, ia selalu mencatat apa yang diajarkan oleh guru dalam buku catatan. Menurutnya, mencatat sangat penting karena ingatan manusia terbatas.

"Ketika saya membaca buku yang sulit dipahami, setelah selesai membaca, saya mencoba untuk menulis kembali apa yang telah saya baca dalam sebuah tulisan. Dengan cara ini, saya lebih mudah mengingat," katanya.

Terakhir, untuk mendapatkan beasiswa, kuncinya adalah berlatih secara rutin, memahami polanya, dan sering mencari tahu pengalaman orang lain, baik secara langsung atau melalui sumber online seperti YouTube.

Uswah juga menekankan pentingnya berpartisipasi dalam kegiatan organisasi dan meraih prestasi baik dalam aspek akademik maupun non-akademik, karena hal tersebut sangat membantu dalam menulis esai dan menghadapi wawancara.

"Ia percaya bahwa selain usaha dan kerja keras, ada satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan saat kita akan meraih sesuatu, yaitu ridho dan doa dari orang tua," pungkasnya.

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut