Direktur PT Serakoy Raya Ernest Montolalu selaku pelaku usaha Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) atau forwarding menyebut layanan pengurusan dokumen dilakukan secara daring dan proses pengambilan barang yang semakin mudah, cepat dan tersistem dengan baik. Hal tersebut dikarena ada sistem IBS yang menampilkan informasi kepada pengguna jasa tentang jadwal kedatangan kapal, bahkan informasi posisi barang.
“Jujur saja, dulu layanan di TPK Jayapura sangat parah, pengurusan dokumen lama, antre sampai berhari-hari, menyita waktu dan biaya operasional jadi membengkak. Begitu juga pengaturan/penataan kontainer tidak teratur seperti saat itu, sehingga sopir kalau mau ambil barang harus mencari dulu barangnya,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan oleh Kepala PT Tanto Intim Line Cabang Sorong Slamet Riyanto yang mengakui layanan TPK Sorong semakin baik. Sebelumnya, kunjungan kapal Tanto ke TPK Sorong hanya 3 kapal per bulan, saat ini rata-rata menjadi 5 kapal per bulan. Kecepatan bongkar muat juga diakui terjadi penghematan biaya operasional.
“Rata-rata bongkar muat bisa mencapai 30 boks per jam, artinya sekarang kapal kami lebih cepat berangkat berlayar kembali, karena tidak lebih dari 24 jam,” jelasnya.
Pengusaha Pelayaran Ngaku Hemat 30 Persen dengan kecepatan bongkar muat. Foto iNewsSurabaya/ist
Direktur Utama PT Pelindo Terminal Petikemas M. Adji mengatakan pihaknya melakukan sejumlah upaya transformasi untuk meningkatkan layanan terminal peti kemas bagi para pengguna jasa. Dia menyebut saat ini pihaknya sedang fokus untuk melakukan standardisasi terminal peti kemas. Hal itu dimaksudkan agar seluruh terminal peti kemas memiliki standar yang sama dalam melakukan kegiatan pelayanan operasional.
“Para pekerja operasional diberikan pemahaman yang sama tentang basic operasional terminal peti kemas, termasuk juga proses yang terjadi di dalam kegiatan operasional. Mereka juga akan magang kerja di terminal yang sudah standar, seperti di IPC TPK, JICT maupun TPK Koja untuk melihat dan bekerja langsung disana sebelum kembali ke terminal asal,” kata Adji.
Tak hanya itu, pihaknya juga melakukan pemenuhan kebutuhan minimal atas fasilitas dan peralatan di terminal. Perbaikan dermaga, lapangan penumpukan dan perbaikan fasilitas lainnya dilakukan oleh perseroan. Untuk peralatan terminal, PT Pelindo Terminal Petikemas melakukan pola optimalisasi aset dengan memanfaatkan peralatan yang sudah tersedia.
“Dengan optimalisasi aset kita dapat memaksimalkan alat yang dimiliki oleh Pelindo Group. Bisa jadi sebuah alat di satu terminal kurang maksimal sementara di terminal lain alat tersebut sangat dibutuhkan. Sehingga kita pindahkan alat tersebut. Pemenuhannya lebih cepat, berbeda jika harus pengadaan baru membutuhkan waktu yang cukup panjang,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto