Saat ini, ungkap Fahmi, kondisi anak-anak membutuhkan bimbingan yang serius. Pasalnya mental anak-anak mulai turun, anak sekarang lebih menyukai gadget, tetapi tidak mau melihat kepahlawanan pejuang serta perjuangan untuk menuju kemerdekaan.
"Dengan aksi teatrikal ini saya ingin ada kesadaran tumbuh dari siswa. Mereka harus memahami beratnya merebut kemerdekaan, dan mampu memahami dan menghargai jasa para pejuang," ujarnya.
Acara ini, lanjut Fahmi, mampu meningkatkan rasa cinta siswa terhadap pejuang. Siswa juga meningkatkan belajar untuk meraih prestasi. "Dengan begitu siswa iku berjuang mempertahankan kemerdekaan," ucap dia.
Siswa SMK 17 Agustus 1945 Gelar Drama Kolosal dengan menonjolkan Peran KH Hasyim Asy'ari. Foto iNewsSurabaya/arif
Sementara itu, Sutradara Drama Kolosal dan Guru Bahasa Inggris SMK 17 Agustus 1945 Surabaya, Hartono, S.S menambahkan, drama kolosal ini menunjukan perjuangan panjang menuju kemerdekaan.
"Anak-anak yang berperan dalam perjuangan 10 November. Kami ingin mereka tahu perjuangan kemerdekaan tidak mudah," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto