Sementara pakar militer Connie Rahakundini Bakrie menyebut Gibran adalah anak haram konstitusi. Sebab, Gibran yang dibantu pamannya telah menabrak konstitusi untuk bisa menjadi cawapres pada pilpres 2024.
Dia menegaskan tidak mempermasalahkan anak muda bisa menjadi pemimpin Indonesia. Namun, proses untuk bisa menjadi pemimpin harus dilakukan dengan cara yang benar dan beretika.
“Tidak mungkin sebuah tujuan mulia dan benar kita bisa akan capai dengan tujuan yang tidak mulia dan tidak benar. Dan siapa yang mengizinkan untuk melakukan itulah menurut saya adalah para pemimpin atau politisi yang tidak tahu malu,” ujar Connie.
Connie juga menyampaikan kritiknya terahadap Presiden Jokowi. Menurutnya, Jokowi telah kehilangan fatsun politiknya sebagai pemimpin bangsa. Dia menuturkan, fatsun politik merupakan etika yang harus dimiliki dan dipegang teguh setiap pemimpin.
“Jadi ketika kita punya pemimpin yang sudah kehilangan etika dan dalam tanda kutip adalah pemimpin yang tidak tahu malu, maka bangsa ini dalam masalah besar,” ujar Connie.
Connie pun mengajak semua pihak untuk memberikan dukungan kepada anak-anak muda yang kritis terhadap pemerintah. Dia tidak ingin dugaan intimidasi aparat terhadap Ketua BEM UI Melki Sadek Huang lantaran mengkritik terkait putusan Mahkamah Konstitusi, terulang kembali.
“Bahwa anak muda bersuara itu bukan dia anti, tetapi dia ingin memperbaiki sesuatu. Dan jangan kita diam ketika melihat anak-anak muda seperti Melki dan lain-lain yang mencoba bersuara atau menyatakan kebenaran itu kemudian dibungkam atau ditakut-takutin,” ujarnya.
Connie mengajak seluruh akademisi tidak takut untuk mengkritisi pemerintah, termasuk kepada Presiden Jokowi yang dinilai tidak memiliki komitmen terhadap demokrasi.
“Ini tidak hanya soal Indonesia 2004, ini bukan hanya pemenangan siapa besok jadi presiden atau jadi wakil presiden. Tetapi mampukah kita mempertahankan menjaga Indonesia dan segala kepentingannya sampai 100 tahun, 200 tahun, 1000 tahun ke depan,” ujar Connie.
Untuk diketahui, diskusi tersebut dihadiri sejumlah tokoh bangsa, antara lain Laksamana TNI (Purn) Bernard Ken Sondakh, Jenderal Pol (Purn) Surojo Bimantoro, Eros Djarot, Henri Subiakto, dan juga Ray Rangkuti.
Editor : Ali Masduki