Dia kemudian menyebutkan bahwa Ganjar satu-satunya Capres yang membahas isu disabilitas saat debat capres pertama di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Saya yakin sama Pak Ganjar, karena pada saat debat Capres kemarin, hanya Pak Ganjar yang satu-satunya bahas isu disabilitas. Butuh banget suara disabilitas ya Pak?" kata Dani.
Materi panas juga dilancarkan McDanny, yang mengatakan bahwa karakter Ganjar saat debat tanggung.
"Kalau saya analisa hasil debat, Pak Ganjar nanggung karakternya. Kalau mau berisi, berisi banget atau kalau mau menghibur, menghibur banget. Saran dari saya pas Bapak pilih, pilih pindah partai," ucap komika asli Jakarta itu.
Bukannya marah, Capres berambut putih itu justru tertawa dan bahagia mendengar materi rosting yang dibawakan ketiga komika.
"Tenang, kalian tidak akan hilang," jawab Ganjar yang direspon tepuk tangan penonton.
Dalam acara yang dihadiri sekitar 1.200 anak muda itu bertambah seru saat Muhammd Zinedine Alam Ganjar, anaknya muncul sebagai komika. Ganjar terkejut tidak menyangka jika anaknya itu punya talenta untuk open mic di atas panggung komedi.
Bukannya membela, Alam justru ikut meroasting ayahnya. Lebih dari lima menit, politikus berambut putih itu mendapat suntikan energi soal dunia milenial dan generasi z.
"Bapak itu sering melempar joke-joke yang kurang relevan ke anak muda. Padahal kalau bicara serius malah ditertawakan. Jadi agak kebalik tuh. Jadi perlu diberi materi-materi khusus," Alam membuka tampilannya.
Tidak canggung, Alam terus melancarkan kritik kepada ayahnya sendiri. Mulai dari fesyen yang kurang kekinian, kekompakan dengan Mahfud MD hingga gaya kampanye.
"Bapak pakai baju hitam, Prof Mahfud pakai putih. Apa tidak telponan kali ya. Saran saja besok kalau mau debat perlu sleepcall dulu sama Prof Mahfud," kata Alam yang disambut tawa penonton.
Alam juga menyampaikan pentingnya gimik yang substansial saat membuat konten-konten.
"Substansi tanpa gimmik tidak akan sampai, tapi gimik tanpa substansi juga omong kosong belaka. Harapannya ayah punya dua itu," terangnya.
Usai acara, Ganjar mengaku merasa senang karena mendapat banyak masukan dan kritik yang disampaikan dengan gaya kreatif komedi.
"Ada yang menarik saja. Sejak kapan dia belajar jadi komika begitu ya, ternyata diajarin oleh orang-orang kreatif dan dia berani mencoba untuk melakukan itu. Menurut saya menarik, yang saya lihat adalah proses kreatifnya saja," tuturnya.
Ia memastikan di era demokrasi kritik itu hal yang biasa.
"Mungkin yang perlu diperhatikan adalah tidak menyakiti. Kritiklah kebijakannya, tapi jangan maaf ya, fisiknya, sukunya, agamanya, golongannya," tandasnya.
Editor : Arif Ardliyanto