SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Ganjar Pranowo, calon presiden nomor urut 3, kembali blusukan untuk menyapa masyarakat di Pasar Pucang, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (13/1/2024). Dalam kunjungan tersebut, Ganjar juga belajar membuat kue apem dari seorang pedagang kue.
Pasar tradisional yang menjual beragam sayur, buah, dan jajanan tradisional itu tampak ramai saat Ganjar datang. Ribuan pedagang dan warga begitu antusias menyambut Ganjar dengan berebut bersalaman.
"Pak Ganjar ganteng sekali, lebih ganteng daripada di televisi. Saya lihat Bapak waktu debat kemarin, ternyata aslinya lebih ganteng," teriak seorang pedagang.
Tak hanya berebut minta salaman atau foto, para pedagang juga tampak sibuk menarik Ganjar agar membeli barang dagangannya. Mak Niyah, seorang perempuan asal Madura yang berjualan pisang di Pasar Pucang, begitu senang lantaran dagangannya dibeli Ganjar.
"Pak Mahfud kok nggak diajak Pak? Saya satu kampung dengan beliau, pasti pilih Bapak sama Pak Mahfud," ucap Romlah, anak Mak Niyah.
Ada momen menarik saat Ganjar bertemu para pedagang kue apem. Ganjar tertarik melihat seorang emak-emak yang sedang membuat kue apem. Ganjar kemudian diajak untuk mencoba membuat kue yang banyak diminati masyarakat itu.
"Seneng sekali Pak Ganjar ke pasar ini. Orangnya baik banget, merakyat. Tadi saya ajarin buat kue apem ini. Langsung bisa, terlihat lihai sekali. Dagangan saya juga diborong. Memang benar kata orang, Pak Ganjar emang pemimpin merakyat," ucap Ida, penjual kue apem di Pasar Pucang.
Selain menyapa masyarakat, Ganjar juga mengecek harga komoditi di pasar. Ia senang karena mendapat informasi harga sembako yang semula melambung, kini berangsur mulai turun.
"Harga bawang merah dan putih, harga tomat sekarang yang naik. Tapi harga beras masih tinggi di angka Rp13.000-Rp14.000. Tadi paling murah beras Bulog bisa Rp11.000. Maka kalo kita ingin stabilisasi, rasa rasanya beras Bulog mesti digelontorkan, harganya bisa terjangkau di harga itu," jelas Ganjar.
Ganjar mengatakan, harga kebutuhan pokok memang menjadi problem yang harus ditangani serius. Sebab, seringkali kenaikan harga kebutuhan pokok inilah yang menyebabkan inflasi.
"Maka ini perlu diawasi. Sebenarnya kami punya pengalaman di Pemprov Jateng, waktu itu ada aplikasi Sihati (Sistem Informasi Harga Komoditi). Maka setiap pasar, apalagi pasar induk selalu diupdate terus data-datanya agar kita bisa tahu, apakah harga naik karena suplainya kurang atau panennya gagal, atau karena cuaca. Kita bisa lebih tahu lebih cepat ya," jelas Ganjar.
Sehingga, lanjut Ganjar, tindakan cepat bisa dilakukan ketika terjadi kenaikan harga. Misalnya dengan cara mengisi dari satu tempat surplus ke tempat yang suplainya kurang untuk memenuhi kebutuhan.
"Kalau kita memantau dengan data yang akurat, rasanya respons kita akan jauh lebih cepat. Maka rasanya aplikasi Sihati yang pernah kita buat dengan Bank Indonesia di Pemprov Jateng ini bisa kita nasionalkan untuk menstabilkan harga," pungkasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta