get app
inews
Aa Text
Read Next : Petra Christian University Raih Prestasi Gemilang, Masuk 100 Besar Perguruan Tinggi di Asia Tenggara

Cerita di Balik 4 Film Dokumenter Garapan Mahasiswa PCU

Jum'at, 26 Januari 2024 | 09:17 WIB
header img
Para Produser dari film dokumenter. Foto/PCU

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Mahasiswa Communication Science Petra Christian University (PCU) sukses menggarap 4 film dokumenter

Empat karya dari para mahasiswa Communication Science PCU angkatan 2019-2021 dalam mata kuliah Produksi Film Dokumenter itupun sudah ditayangkan dalam Screening Film Dokumenter dengan tema “Bertahan”. Film-film tersebut mengangkat isu tentang budaya, maupun kehidupan sosial masyarakat Surabaya dan sekitarnya.

Empat film yang ditayangkan dalam screening ini masing-masingnya berdurasi kurang lebih 20 menit. Menampilkan kisah perjuangan dalam bertahan, baik bertahan dari kesengsaraan maupun ancaman “kepunahan”. 

“Lewat kelas ini juga, mahasiswa dapat berinteraksi secara intens dengan masyarakat. Sehingga kedepannya, mereka mampu menampilkan cerita hidup yang menarik dari tiap narasumber, maupun tema yang diangkat,” ujar Daniel Budiana, Dosen PCU dalam mata kuliah Produksi Film Dokumenter.

Para mahasiswa yang terdiri dari empat kelompok dengan masing-masing beranggotakan lima orang itu mengangkat isu tentang budaya, maupun kehidupan sosial masyarakat Surabaya dan sekitarnya. 

Seperti kehidupan perempuan kuli panggul di Pasar Pabean Surabaya, petani garam di Kecamatan Asemrowo, pelestarian permainan tradisional Indonesia, serta olahraga tradisional Gulat Okol. Berikut sinopsis singkat dari film-film dokumenter karya mahasiswa PCU.

Berikut 4 Film Dokumenter Mahasiswa PCU

1. Hadiyah

Film dokumenter karya Anastasia Trifena Feodora, Sherlynn Yuwono, Angelina Christia Abraham, Rio Ferdinan, dan Marcellino Dwi Putra berjudul “Hadiyah” ini bercerita tentang perempuan kuat berbeban ganda, yakni sebagai seorang ibu dan kuli panggul di Pasar Pabean, Surabaya.

Setiap hari Hadiyah harus mengumpulkan uang dengan memikul puluhan kilo karung di kepalanya. Ia tak menyerah meski beban hidup yang dihadapi sangat berat. 

Bayang-bayang akan anak balitanya, membuat Hadiyah terus semangat untuk melanjutkan perjuangan. Ditambah dengan cinta kasih dari keluarga yang selalu menjadi penyemangat Hadiyah untuk tetap bertahan dalam kerasnya kehidupan.

2. Pelangi Garam

Film berjenis poetic documentary dengan judul “Pelangi Garam” karya Monica Christiana, Adrian Christano, Immanuel Chrisardo, Tiara Sitoresmi H., dan Kornelia Zefanya ini menyajikan kehidupan Kampung Pelangi di Kecamatan Asemrowo, yang sejak puluhan tahun lalu menjadi daerah penghasil garam di Surabaya.

Tambak seluas 20 hektar itu digarap oleh para petani garam dari Madura. Dalam setiap butir garam yang terbentuk, tersimpan kisah perjuangan dan kebahagiaan para petani. 

Misalnya selama hujan berlangsung, garam tidak bisa diproduksi lagi sehingga mengharuskan mereka untuk pulang ke tempat asalnya, yakni Madura.

Namun bagi mereka, bahagia itu bukan tentang mendapat semua yang diinginkan, tapi tentang mensyukuri segala sesuatu yang telah diberikan kepada mereka.

3. Gambreng

Lewat film dokumenter berjudul “Gambreng” ini, Rachel Helensky, Isabella Emilia, Daniel Budiman Prayogo, Achmad Dirja, dan Chelsea Amanda Putri berkisah tentang salah satu warisan budaya Indonesia, yaitu permainan tradisional atau dolanan.

Permainan tradisional tak hanya berfungsi sebagai media hiburan, tapi ada pelajaran berharga di dalamnya. Sayangnya di era kemajuan teknologi ini, permainan tradisional mulai terlupakan. 

Anak-anak mulai teralihkan dengan kecanggihan teknologi. Bukan tak mau bermain permainan tradisional, tapi tidak ada yang mengenalkannya kpada mereka. 

Lantas bagaimana nasib permainan tradisional kedepannya? Siapa yang akan melestarikan dan peduli permainan tradisional?

4. Gulat Okol: Brotherhood Rivalry

Sebuah duel di atas gelanggang jerami, mata bertatap-tatapan untuk mengawasi dan menunggu momentum yang tepat. Tak satupun senjata tajam terlihat, hanya kekuatan fisik sebagai bekal menjatuhkan lawan.

Penampilan dua orang yang saling adu ketangkasan dalam teknik pegangan dan bantingan yang dikenal dengan Gulat Okol ini, dikisahkan dalam film dokumenter karya Adisca Putra Dwitama P., Tessalonica Gloria K., Petrus Tegar Mulyojoyo, Ivane Jocelyn, dan Beatricia Markus berjudul “Gulat Okol: Brotherhood Rivalry”.

Gulat Okol adalah olahraga tradisional yang hanya bisa ditemukan di beberapa wilayah Jawa Timur, salah satunya di Sambikerep, Surabaya Barat, yang mana Gulat Okol sekarang menjadi hiburan masyarakat setempat.

Anastasia Trifena Feodora, mahasiswi sekaligus Produser dari salah satu film yang ditayangkan dalam screening ini, mengaku sangat senang dan lega. 

“Banyak proses harus kami lalui bahkan sejak awal semester lima, salah satunya adalah survey. Kami menemui kurang lebih 4-5 kuli panggul per harinya untuk mendengarkan cerita mereka. Semua proses itu terbayarkan dengan ditayangkannya film kami di CGV, yang harapannya bisa menginspirasi masyarakat. Kami juga mengajukannya untuk masuk ke festival film,” ungkap mahasiswi yang kerap disapa Anne itu.

Ia juga menuturkan bahwa film dokumenter bukan seperti film fiksi yang dapat dikarang ceritanya, melainkan semua hasil syuting adalah nyata kebenarannya dan tidak direkayasa. 

“Dengan segala proses yang telah dilalui oleh para mahasiswa dalam memproduksi film dokumenter ini, harapannya mereka tidak lagi canggung untuk berinteraksi dan memahami peristiwa yang ada di sekitarnya,” tutup Daniel.

Sekilas tentang Petra Christian University (PCU), sebuah universitas swasta yang berdiri sejak tahun 1961 bertempat di Surabaya, Indonesia. PCU memiliki fakultas-fakultas yang terkemuka di bidang pendidikan, teknologi, konstruksi, bisnis, dan industri kreatif.


 

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut