Seiring berjalannya waktu, hari-hari Assayid Ali Akbar Basyaiban beserta lima orang santri utusan ayahnya diisi dengan ibadah, belajar agama dan mengaji dengan tekun. Karena rutinitas inilah, Assayid Ali Akbar Basyaiban menamai tempat itu sebagai Ndresmo atau Nderes Limo, yang artinya mengaji dengan tekun (Nderes) lima orang (Limo).
“Ndresmo, Nderes Limo, orang lima yang tekun belajar Agama Islam. Mengaji,” ucap Muhaimin.
Sejak saat itu, Demangan lebih dikenal sebagai Ndresmo. Dan berubah menjadi pesantren jujugan masyarakat disekitarnya untuk menimba ilmu Agama Islam. Yang pada akhirnya, kemasyuran Ndresmo dilanjutkan oleh putranya, Assayid Ali Ashghor Basyaiban, beserta keturunannya dengan banyak mendirikan pesantren disana.
Editor : Arif Ardliyanto