Bayi laki-laki yang besarnya nanti dikenal sebagai Assayid Ali Ashghor Basyaiban, seorang kiai terkenal sekaligus sosok yang melanjutkan perjuangan sang ayah dalam babad alas Kelurahan Sidosermo, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya itu, disembunyikan kedalam ‘kukusan’.
Kukusan adalah alat penanak nasi asal Jawa berbentuk kerucut dan terbuat dari sulaman bambu, yang penggunaannya dipadukan dengan kuali.
Alasan pihak Belanda meringkus Assayid Ali Akbar Basyaiban, karena ia dianggap menyebarkan ajaran-ajaran Agama Islam yang bertentangan dengan Belanda.
“Karena Belanda waktu itu tidak ingin ada orang yang mengembangkan ajaran-ajaran yang menentang Belanda,” lanjutnya.
Makam Ndresemo
Seiring berjalannya waktu, Assayid Ali Ashghor tumbuh dewasa. Meski tanpa bimbingan sang ayah, ilmu dan kecerdikannya dalam mempelajarai ilmu Agama Islam sangatlah mumpuni. Ia pun melanjutkan perjuangan Assayid Ali Akbar Basyaiban, dengan terus menerus mensiarkan ajaran Agama Islam di Kelurahan Sidosermo, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya. Hingga kala itu, tempat ini menjadi terkenal seantero nusantara sampai Timur Tengah sebagai tanah Mekkahnya Jawa.
Karena kegigihannya dalam menyebarkan ajaran Agama Islam di Surabaya khususnya Kelurahan Sidosermo. Julukan Kiai Ndresmo, Kiai Babad Alas Sidosermo melekat pada Assayid Ali Ashghor Basyaiban hingga wafat. Makamnya pun, kini tetap terawat dengan baik, terletak di tengah komplek pemakaman Islam Jalan Sidosermo Gang Kuburan, Kelurahan Sidosermo, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya.
Editor : Arif Ardliyanto