MOJOKERTO, iNews.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis data problem stunting di Provinsi Jawa Timur tahun 2021 tercatat 23,5%. Kota Mojokerto menjadi daerah dengan tingkat stunting terendah sebesar 6,9%.
Ankat stunting rendah di Kota Mojokerto bisa dijadikan pilot projek desa zero stunting. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKN) Provinsi Jawa Timur Eva Mariana menyampaikan akan menjadikan Kota Mojokerto sebagai pilot project desa zero stunting.
“Dari hasil evaluasi kinerja dan program kerja Bangga Kencana di Kota Mojokerto sangat bagus, maka kami akan mengusulkan untuk menjadi nominasi penghargaan Manggala Karya Kencana,” jelas Eva saat bertemu Wali kota Mojokerto Ika Puspitasari di Ruang Sabha Pambojana, Rumah Rakyat.
Lebih jauh, Eva juga menyampaikan bahwa untuk menangani percepatan penurunan stunting telah dibentuk satgas dari tingkat pusat sampai tingkat desa. “Untuk percepatan penurunan stunting ada satgas dari tingkat pusat sampai tingkat desa, serta ada Tim Pendamping Keluarga yang masing-masing tim terdiri dari 3 orang dari unsur tenaga kesehatan, TP. PKK dan Kader Keluarga Berencana.” kata Eva.
Terkait usulan menjadi pilot project desa zero stunting dan nominasi penghargaan Manggala Karya Kencana, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyambut baik hal ini.
Ning Ita, sapaan akrabnya menyampaikan bahwa keberhasilan dalam penurunan stunting tidak lepas dari keberhasilan setiap OPD dalam menterjemahkan program prioritas Kepala Daerah kedalam program dan kegiatan di masing-masing OPD.
“Standar Pelayanan Minimum (SPM) paling banyak adalah pada bidang kesehatan, dan ini menjadi komitmen saya. Selain percepatan penurunan stunting, sebagaimana disampaikan Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat peringatan HKN lalu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) juga menjadi perhatian utama di Kota Mojokerto,” tegasnya.
Ning Ita, yang pada pertemuan ini didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes, P2KB) dr. Triastutik Sri Prastini, Sp.A juga menegaskan bahwa Kota Mojokerto sudah memiliki fasilitas kesehatan yang memadai dalam percepatan penurunan stunting.
“Kota Mojokerto yang hanya terdiri dari 3 kecamatan dan 18 kelurahan dengan 6 puskesmas bisa disebut sudah memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, hanya perlu menguatkan edukasi kepada masyarakat terkait stunting. Karena pencegahan stunting tidak hanya dilakukan sejak bayi di dalam kandungan tetapi perlu dilakukan edukasi sejak dini termasuk kepada para calon pengantin,” tuturnya.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, DinkesP2KB dr. Nur Azizah Sri Utami menyampaikan bahwa untuk lokus desa zero stunting akan diseleksi lebih lanjut.
“Untuk lokus desa zero stunting akan kita kaji lebih lanjut. Salah satunya adalah berdasarkan hasil evaluasi bulan timbang, kelurahan mana yang angka stuntingnya paling rendah kemudian akan kita kaji lebih lanjut,”jelasnya.
Ia menambahkan bahwa melalui Tim PK inilah yang melakukan pendampingan kepada masing-masing keluarga.
Editor : Arif Ardliyanto