Sementara itu, sorotan kinerja Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi masih menjadi pembicaraan hangat. Selama tiga tahun masa jabatannya, Eri Cahyadi sering disebut sebagai "penerus" Bu Risma, mengingat rekam jejaknya yang mirip. Harapan masyarakat pun tinggi, berharap kinerja Eri sepadan dengan Bu Risma. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembangunan di Surabaya berjalan lambat. Banyak warga mengeluhkan proyek bongkar pasang gorong-gorong yang hanya dilakukan di beberapa daerah yang parah banjirnya. Selain itu, jalan-jalan yang rusak dan tidak rata kerap dibiarkan begitu saja oleh pemerintah kota.
Ryu Choirul Adi Firmansyah, PJ Ketua Umum SEMMI Cabang Surabaya, menyuarakan kekecewaannya terhadap penanganan banjir yang belum optimal. Menurutnya, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang prioritas, akuntabilitas, dan kredibilitas kepemimpinan Eri Cahyadi.
Janji pembangunan rumah susun (rusun) untuk masyarakat berpenghasilan rendah juga mendapat sorotan. Program yang dijanjikan sebagai prioritas ini belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Hal ini memperkuat pandangan bahwa koordinasi dan kesigapan Pemerintah Kota Surabaya masih perlu ditingkatkan.
Di bidang pendidikan, program yang digagas Eri Cahyadi juga belum memberikan dampak signifikan. Harapan Surabaya untuk menjadi kota pendidikan masih belum terealisasi sepenuhnya, menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas program ini.
"Saya rasa pak Eri Cahyadi ini cenderung lebih banyak retorika daripada mengeksekusi permasalahan substantif," ujar Ryu. Meski sering dibandingkan dengan Bu Risma, gaya kepemimpinan Eri dinilai belum mampu memenuhi harapan masyarakat.
Ryu juga menyoroti pengelolaan aset kota yang kurang transparan. Menurutnya, transparansi sangat penting agar warga mengetahui kontribusi aset terhadap APBD. Kurangnya keterbukaan ini dianggap bisa menurunkan kepercayaan masyarakat.
"Warga Surabaya sudah mulai kehilangan kepercayaan karena minimnya keterbukaan selama kepemimpinan Eri Cahyadi. Banyak yang bertanya-tanya tentang arah kepemimpinannya," tambahnya.
Editor : Arif Ardliyanto