SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pemerintah diimbau untuk mempertimbangkan matang-matang kebijakan untuk menaikkan bea impor hingga 200 persen. Kebijakan tersebut memiliki dampak yang cukup besar bagi masyarakat, pelaku usaha, dan perekonomian nasional.
Anggota Dewan Pakar DPP Gerindra, Bambang Haryo Soekartono (BHS) menuturkan, rencana pemerintah untuk menaikkan bea masuk hingga 200 persen terutama barang dari China, haruslah dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya dan mempertimbangkan semua sektor.
"Ada hal yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah sebelum menaikkan bea masuk impor. Yaitu, dampaknya pada masyarakat konsumen, industri dan perdagangan dalam negeri," kata BHS, Rabu (10/6/2024).
Ia menyampaikan jika barang jadi dari luar negeri, khususnya dari negara China atau negara lain dinaikkan bea masuknya.
"Maka tidak menutup kemungkinan negara tersebut akan mencari cara untuk menaikkan pendapatan negaranya dari ekspor barang mereka ke negara kita, terutama untuk bahan baku sektor industri kita di dalam negeri," tuturnya.
Sebagai contoh, di Industri tekstil saat ini di Indonesia banyak mengambil bahan baku produksi dari China. Dimana Industri Tekstil di Indonesia mengimpor bahan baku sekitar 80 persen dari China yang menjadi ongkos biaya produksi Industri Tekstil di Indonesia. Dimana beban biaya bahan baku mengambil porsi sekitar 70% dari total biaya produksi di Industri Tekstil.
Sedangkan di negara tetangga seperti Malaysia, ketergantungan bahan baku impor di Industri Tekstilnya hanya sekitar 60%, dan di Vietnam hanya sekitar 50%.
"Apabila Pemerintah China membalas menaikkan harga komponen bahan baku, maka ini akan menjadi beban harga produk tekstil di Indonesia yang akan semakin meningkat. Sehingga masyarakat sulit menjangkau daya beli untuk produksi industri di dalam negeri maka produk Industri dalam negeri akan hancur karena masyarakat Indonesia tidak mampu membelinya," paparnya.
Editor : Ali Masduki