get app
inews
Aa Text
Read Next : Viral! Video Kekerasan SMAK Gloria 2 Surabaya Menyebar, Sekolah Tempuh Jalur Hukum

Kisah Tragis di IGD Dr. Mohamad Soewandhie, Ada Dugaan Malpraktek, Begini Pernyataan Dirut RS

Minggu, 03 November 2024 | 12:10 WIB
header img
Direktur Utama RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, dr. Billy Daniel Messakh. Foto iNewsSurabaya/ist

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Kabar dugaan malpraktik dan pasien terlantar di RSUD Dr. Mohamad Soewandhie ramai diperbincangkan di media sosial. Hal ini mencuat setelah seorang pasien berinisial R, berusia 68 tahun, dilaporkan meninggal dunia setelah dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tuduhan beredar bahwa pasien tersebut tidak dilayani dengan baik hingga akhirnya nyawanya tak tertolong.

Direktur Utama RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, dr. Billy Daniel Messakh, segera memberikan klarifikasi dan kronologi penanganan pasien R. Dalam pernyataannya, dr. Billy menegaskan bahwa tim medis telah bekerja sesuai prosedur dan memberikan perawatan intensif yang maksimal.

“Pasien R datang dalam kondisi tidak sadar, dan tim medis langsung memberikan penanganan cepat,” ujar dr. Billy. 

Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien diketahui memiliki kadar gula darah yang sangat tinggi, yang menyebabkan gangren pada kaki dan memicu komplikasi hingga ke otak. Hal ini membuat pasien mengalami kondisi kritis.

Tim medis terus memantau dan merawat pasien dengan penanganan intensif, termasuk kontrol gula darah yang awalnya mencapai 335 mg/dL. Setelah pemberian obat, kadar gula darah pasien berhasil diturunkan hingga 105 mg/dL. 

"Itu membuktikan bahwa kami melakukan segala yang diperlukan untuk menolong pasien," kata dr. Billy menepis tuduhan bahwa timnya tidak melakukan apa-apa.

Sayangnya, meski telah diberikan terapi dan observasi ketat, kondisi pasien terus menurun. Infeksi menyebar ke seluruh tubuh, dan kondisi otak yang sudah parah membuat pasien sulit pulih.

Pihak rumah sakit menyampaikan kondisi pasien kepada keluarga pada 31 Oktober 2024 malam. Namun, keluarga pasien merasa tidak puas dan menuduh pihak RSUD lalai dalam menangani pasien. Situasi memanas saat keluarga membawa massa dan melakukan aksi protes di IGD. 

Mereka bahkan memblokir ruang dokter, yang mengakibatkan penanganan pasien lain terganggu. Ironisnya, pada saat yang sama, kondisi pasien R semakin kritis hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

“Kami sangat menyayangkan adanya pemblokiran yang dilakukan saat kami ingin menolong pasien dalam kondisi kritis,” ungkap dr. Billy penuh penyesalan. Ia juga menyampaikan duka mendalam atas kejadian tersebut.

dr. Ariyanto Setyoaji, Kepala IGD RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, menambahkan bahwa sejak awal kedatangan pasien, tim medis telah melakukan serangkaian tindakan, mulai dari infus, oksigen, antibiotik, hingga pemeriksaan laboratorium. Tim juga bekerja sama dengan dua dokter spesialis untuk penanganan lebih lanjut.

"Pasien ditempatkan di area khusus IGD untuk observasi ketat, karena kondisinya memang mengancam jiwa," jelas dr. Ariyanto. Namun, meski sempat menunjukkan perbaikan, kondisi pasien kembali memburuk akibat infeksi berat.

Keputusan untuk merawat pasien di IGD diambil demi pemantauan yang lebih intensif dan penanganan yang optimal. "IGD adalah pilihan terbaik agar pasien tetap mendapat pengawasan ketat," tutup dr. Ariyanto.

Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak terkait pentingnya komunikasi dan kerjasama antara keluarga pasien dan tim medis dalam menghadapi situasi darurat.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut