Konstruksi geladaknya terdiri dari balok-balok gelagar yang terpasang searah panjang konstruksinya dan diikat dengan baja siku yang posisinya menyilang di antara balok-balok gelagar.
Pada masa kolonial Belanda, jembatan ini berfungsi sebagai jalur untuk keluar dan masuknya kapal dari selat Madura ke pusat kota. Wajar jika Jembatan Petekan ini dijadikan sebagai gerbang perekonomian. Ketika pertempuran yang terjadi pada 10 November 1945 pecah, Jembatan Petekan ini difungsikan sebagai titik kunci untuk menahan serangan tentara sekutu.
Surabaya memiliki banyak sejarah yang tak terlupakan. Bahkan peninggalan-peninggalan sejarah masih menempel
Menurut Freddy H Istanto, setiap harinya ada sekitar 16 kapal tiang dengan ketinggian 17 meter yang lalu lalang melewati jembatan ini. Jumlah ini belum ditambah dengan kapal-kapal kecil lainnya yang dijadikan sebagai tempat bertransaksi bahan pangan. Mulai dari buah-buahan yang dibawa dari Madura sampai bahan pokok kebutuhan masyarakat saat itu. “Jembatan Petekan saat itu menjadi salah satu pusat perdagangan kapal-kapal tradisional," ujarnya.
Pada tahun 1980-an, geladak jembatan tidak bisa diangkat lagi. Hingga pada Januari 2011 geladak jembatan dipotong, karena balok-balok gelagar dan siku dicuri, yang mengakibatkan geladak ambruk ke sungai dan menghalangi pelayaran kapal-kapal di bawahnya. Karena usia dan perawatan, Jembatan Petekan ini sudah tidak berfungsi. Sebagai gantinya, di kanan kiri
Editor : Arif Ardliyanto