PHE WMO Sukses Tingkatkan Produktivitas Lahan Kering, Raih PROPER Emas 2024

BANGKALAN - PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), bagian dari Subholding Upstream Pertamina Zona 11 Regional Indonesia Timur, kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) Emas 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Penghargaan tersebut diberikan berkat inovasi program Eco-edufarming yang diimplementasikan di Desa Bandangdaja, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Tahun ini, sebanyak 4.495 perusahaan mengikuti penilaian PROPER, dengan hanya 85 perusahaan yang berhasil meraih PROPER Emas. PHE WMO menjadi salah satu penerima penghargaan tertinggi tersebut berkat keberhasilan program Eco-edufarming yang melibatkan 28 anggota Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera (BSS). Program ini berfokus pada pengelolaan lahan kritis dan pemberdayaan masyarakat melalui pertanian organik berbasis teknologi tepat guna.
Mengubah Lahan Kritis Menjadi Lahan Produktif
Desa Bandangdaja sebelumnya dikenal sebagai daerah dengan lahan kering dan kurang subur. Kandungan bahan organik yang rendah dan struktur tanah yang buruk membuat lahan ini sulit dikelola untuk pertanian.
Selain itu, masyarakat setempat juga belum memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA). Akibatnya, banyak warga memilih merantau ke luar daerah untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Ketua Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera, Ahmad Marnawi, mengakui bahwa kondisi lahan yang kering dan sulit diolah menjadi tantangan besar bagi petani setempat.
"Selama ini, banyak lahan pertanian di Bandangdaja yang kering dan tidak bisa dimanfaatkan. Warga juga jarang mengonsumsi sayur dan buah karena pasokan didatangkan dari Jawa, sehingga harganya mahal," ujarnya.
Melalui program Eco-edufarming, PHE WMO berhasil mengubah kemustahilan menjadi keniscayaan. Program ini meningkatkan produktivitas 6,7 hektare lahan kering, memanfaatkan 95,8 ton limbah ternak untuk pupuk organik, dan lebih dari 6 ton cocopeat per tahun untuk penghematan air.
Selain itu, PHE WMO memperkenalkan teknologi seperti soil nutrient sensor untuk mengukur kandungan nutrisi tanah, serta metode rain harvesting dan atmosfering harvesting untuk mengoptimalkan penggunaan air.
Manager WMO Field, M Basuki Rakhmad, menjelaskan bahwa program ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga memberdayakan masyarakat melalui transfer pengetahuan.
"Kami mendiseminasi pengetahuan tentang pembuatan pupuk kompos, pupuk organik cair (POC), mikro organisme lokal (MOL), silase, dan olahan produk pertanian lainnya," kata Basuki.
Hasilnya, petani di Desa Bandangdaja kini mampu menanam berbagai jenis tanaman holtikultura seperti cabai, tomat, semangka, melon, dan kangkung dengan sistem intensifikasi tanaman satu lubang dua tanaman. Pendapatan kelompok tani pun meningkat signifikan, mencapai Rp 156 juta per tahun.
Local Hero Marnawi mengungkapkan rasa syukurnya atas program ini. "Setelah mengenal PHE WMO, masyarakat memperoleh angin segar. Kami diajari bertani secara organik dan menggunakan teknologi tepat guna," ujarnya.
Keberhasilan program Eco-edufarming tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Desa Bandangdaja, tetapi juga telah direplikasi oleh lebih dari 30 kelompok tani dan diakses oleh lebih dari 140 petani. Selain itu, lebih dari 60 sekolah melakukan kunjungan studi ke demplot Eco-edufarming.
General Manager Zona 11, Zulfikar Akbar, menyatakan bahwa program ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) PBB, khususnya tujuan 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dan tujuan 15 (Ekosistem Daratan).
"Kami berharap program ini tidak hanya bermanfaat bagi penerima langsung, tetapi juga memberikan multiplier effect bagi masyarakat luas," tuturnya.
Penghargaan PROPER Emas 2024 menjadi bukti nyata komitmen PHE WMO dalam menjaga kelestarian lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Zulfikar Akbar menegaskan bahwa penghargaan ini bukanlah tujuan akhir.
"Kami bersyukur atas penghargaan ini, tetapi yang lebih penting adalah dampak positif yang dirasakan masyarakat. Kami akan terus berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka," ujarnya.
Dengan keberhasilan program Eco-edufarming, PHE WMO tidak hanya mengubah lahan kritis menjadi lahan produktif, tetapi juga menciptakan harapan baru bagi masyarakat Desa Bandangdaja untuk hidup lebih sejahtera di tanah kelahiran mereka.
Editor : Ali Masduki