get app
inews
Aa Text
Read Next : Gubernur Khofifah Minta Bos Maspion Alim Markus Tak Lakukan PHK, Ini Alasannya!

Kenaikan Tarif Impor AS 32% Ancam Ekonomi Jawa Timur, Ekspor dan Lapangan Kerja Terpukul

Minggu, 06 April 2025 | 18:11 WIB
header img
Kenaikan tarif impor 32% oleh AS diprediksi memukul ekonomi Jawa Timur. Ekspor menurun, ancaman PHK, hingga dampak sosial mengintai sektor industri. Foto iNEWSSURABAYA/ist

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menaikkan tarif impor sebesar 32% melalui penandatanganan "The Fair and Reciprocal Trade Plan" dinilai akan memberikan pukulan telak terhadap perekonomian Jawa Timur (Jatim).

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Adik Dwi Putranto, mengungkapkan bahwa dampak kebijakan tersebut akan dirasakan secara langsung maupun tidak langsung di berbagai sektor ekonomi di Jatim.

"Amerika Serikat merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor nonmigas Jatim. Pada Januari 2025, nilai ekspor ke AS mencapai US$ 281,96 juta atau sekitar 14,5% dari total ekspor nonmigas," kata Adik saat dikonfirmasi di Surabaya, Minggu (6/4/2025).

Produk unggulan Jatim yang selama ini diekspor ke AS seperti perhiasan, produk logam, tekstil, alas kaki, elektronik, serta produk kayu, berisiko mengalami penurunan permintaan secara signifikan.

Selain penurunan ekspor, Adik menyoroti efek domino berupa terganggunya rantai pasok industri di Jatim. Industri pendukung seperti pemasok bahan baku lokal dan UMKM komponen akan mengalami penurunan pesanan, yang berdampak langsung pada arus kas perusahaan.

"Hal ini bisa menunda investasi dan menghambat pertumbuhan ekosistem industri secara keseluruhan," tegasnya.

Kondisi ini juga berpotensi memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, khususnya di sektor padat karya seperti garmen, alas kaki, elektronik, dan kayu. Ribuan tenaga kerja di Jatim terancam kehilangan pekerjaan.

Dampaknya, pendapatan daerah dari sektor pajak dan retribusi ikut tergerus. "Penurunan ekspor dan produksi industri jelas akan menurunkan pendapatan daerah dan pertumbuhan ekonomi Jatim secara keseluruhan," jelas Adik.

Tak hanya ekonomi, dampak sosial pun mengintai. PHK massal bisa memicu lonjakan angka kemiskinan, anak putus sekolah, hingga potensi kerawanan sosial seperti demonstrasi dan instabilitas kawasan industri.

Untuk mengatasi kondisi ini, Adik menekankan pentingnya memperkuat pasar domestik dan mencari alternatif negara tujuan ekspor baru. Selain itu, pemerintah perlu mendorong investasi di sektor strategis seperti industri pangan, energi terbarukan, dan green energy.

"Yang tak kalah penting adalah memulihkan kepercayaan pelaku ekonomi melalui komunikasi yang baik dan kebijakan konkret," tegasnya.

Adik juga mengungkapkan adanya penurunan kepercayaan pelaku ekonomi terhadap kebijakan pemerintah. “Dari informasi yang kami peroleh, kepercayaan terhadap Pak Prabowo di awal bisa mencapai 80%. Namun begitu masuk ke pemerintahan turun 20%, dan ketika sampai ke kebijakan turun lagi 20%,” ujarnya.

Dengan kepercayaan pelaku ekonomi yang kini hampir di bawah 50%, menurutnya, ini menjadi bahan koreksi serius.

"Semua pihak, baik pemerintah maupun pelaku usaha, harus bersikap inovatif, adaptif, dan kolaboratif untuk menghadapi tantangan ini," pungkasnya.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut