Disbudpar Jatim Pentaskan Wayang Panji ‘Panji Laras’ dengan Sentuhan Modern di Malang
MALANG – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur kembali menggelar pentas seni budaya dengan menampilkan pertunjukan wayang topeng Panji. Kali ini, Disbudpar menggandeng Sanggar Asmorobangun dari Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, untuk menggelar pementasan di Gedung Taman Krida Budaya Kota Malang, Minggu malam (4/5).
Pertunjukan yang mengangkat lakon "Panji Laras" ini berlangsung selama sekitar 60 menit dan seluruh pemain serta pengrawitnya adalah anak-anak muda, mulai dari usia sekolah dasar hingga mahasiswa.
Kepala Disbudpar Jawa Timur, Evy Afianasari, menjelaskan bahwa pementasan kali ini sengaja membatasi jumlah penonton hanya 250 kursi untuk menjaga kualitas tontonan.
“Penontonnya diseleksi, begitu pula grup yang tampil juga dikurasi. Tujuannya supaya kita terbiasa mendapatkan suguhan pertunjukkan yang berkualitas,” ujar Evy.

Ia menambahkan, upaya ini juga bertujuan mengenalkan kesenian wayang Panji kepada generasi muda, mengingat seni tradisional ini masih eksis namun kurang dikenal oleh kalangan muda, khususnya di daerah asalnya, Malang.
“Dulu wayang Panji dimainkan dari malam hingga subuh, sekarang kami buat lebih ringkas dengan durasi sekitar satu jam. Kami juga menambahkan efek panggung dan penataan lampu agar lebih menarik bagi generasi Z,” tambah Evy.
Cerita "Panji Laras" dipilih karena tokoh Panji Laras merupakan sosok muda yang cerdas, pemberani, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi etika, sehingga bisa menjadi teladan bagi anak muda masa kini.
Ketua Pelaksana Pertunjukan sekaligus Pengayom Sanggar Asmorobangun, Suroso, menyampaikan bahwa pertunjukan ini juga berfungsi sebagai edukasi norma dan kebersamaan bagi anak-anak.
“Kami ingin memberitahukan bahwa dalam sebuah kesenian ada aturan dan ritual yang harus dihormati. Semua pemain saling terhubung dan tidak bisa berdiri sendiri,” jelas Suroso.
Menurutnya, nilai-nilai yang terkandung dalam lakon Panji Laras meliputi kesetiaan, perjuangan, pencarian jati diri, dan ketulusan.
“Panji Laras adalah contoh anak muda yang luar biasa karena melewati perjuangan dan kesendirian hingga akhirnya bertemu dengan ayahnya,” tambahnya.

Pementasan wayang topeng Panji kali ini merupakan kelanjutan dari pertunjukan sebelumnya yang diadakan di Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur pada 7 Maret 2025.
Rencananya, pementasan seni ini akan dilakukan secara berkelanjutan dengan sistem bergiliran dari satu sanggar ke sanggar lainnya di kawasan Malang. Harapannya, pada akhir tahun nanti semua sanggar dapat tampil bersama dalam sebuah pertunjukan spektakuler.
Selain itu, upaya mendekatkan wayang topeng Panji kepada generasi muda juga dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan kaderisasi seni tersebut. Ada pula ambisi untuk mengangkat seni Panji ke pentas dunia melalui pintu gerbang Malang, mengingat seni ini sudah dikenal di beberapa negara Asia Tenggara sejak zaman Majapahit.
Editor : Ali Masduki