get app
inews
Aa Text
Read Next : Antrean Haji Bertahun-Tahun, Apakah Kewajiban Ini Masih Berlaku?

ICMI Kritik Tafsir Alquran yang Viral, Jangan Sampai Menyesatkan Umat!

Jum'at, 23 Mei 2025 | 14:11 WIB
header img
Ulul Albab, Ketua ICMI Jawa Timur. Foto: iNewsSurabaya/Dok Pribadi

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Penggunaan media sosial untuk menyebarkan pemahaman keagamaan telah membuka ruang bagi berbagai interpretasi, tak terkecuali tafsir Alquran

Baru-baru ini, ceramah Syaiful Karim, seorang dosen fisika di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menjadi viral dan menuai kontroversi. Tafsirnya terhadap Surah Al-Qari'ah yang menghubungkan kata "al-qari'ah" dengan "pembaca perempuan" telah memicu reaksi keras dari berbagai pihak.

Ulul Albab, Ketua ICMI Jawa Timur, dalam tulisannya yang berjudul "Antara Ilmu, Tafsir, dan Mikrofon: Fenomena Syaiful Karim dan Tafsir yang Terlalu Jauh," mengungkapkan keprihatinannya atas fenomena ini. 

"Di era digital ini, siapa saja bisa berceramah. Tapi apa yang terjadi jika mikrofon itu dipegang oleh seorang dosen fisika, lalu ia menafsirkan ayat Alquran dengan pendekatan yang membuat alis para ulama terangkat?" tulis Ulul Albab.

Tafsir Syaiful Karim dinilai menyimpang dari pemahaman tafsir klasik yang selama ini mapan. Ketua ICMI Jatim ini menjelaskan, dalam khazanah klasik, al-qari’ah secara konsisten dimaknai sebagai salah satu nama Hari Kiamat. 

Tafsir tersebut berbeda jauh dengan interpretasi Syaiful yang menghubungkannya dengan "pembaca perempuan." Reaksi keras pun datang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan tafsir tersebut menyesatkan.

Meskipun menuai kontroversi, ceramah Syaiful Karim yang memadukan fisika kuantum, tasawuf, dan kontemplasi eksistensial juga menarik perhatian sebagian masyarakat. 

Namun, Ulul Albab mengingatkan bahwa tafsir Alquran bukan sekadar opini, melainkan ilmu yang membutuhkan metodologi, sanad keilmuan, dan penguasaan bahasa Arab yang mendalam. 

"Tafsir bukan lintas jurusan. Tafsir adalah lintas generasi ulama," tegasnya.

Dewan Pembina Yayasan Masjid Subulussalam itu juga menyoroti peran YouTube dalam menyebarkan dakwah di era digital. 

"Siapa pun bisa jadi ustaz dalam semalam. Dan yang viral sering dianggap paling benar," tulisnya. Ia menekankan pentingnya kehati-hatian dan pencarian ilmu yang mendalam, bukan sekadar popularitas.

Syaiful Karim sendiri dalam sebuah wawancara menyatakan niatnya hanya ingin menjelaskan Alquran secara lebih ilmiah dan mudah dipahami. 

Namun, Ulul Albab mengingatkan pesan Imam Al-Ghazali: “Barang siapa berbicara dalam agama tanpa ilmu, maka dia telah menghancurkan dirinya dan orang lain.” Oleh karena itu, Ulul Albab mengajak untuk lebih berhati-hati dalam menafsirkan Alquran, terutama di ranah publik.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut