get app
inews
Aa Text
Read Next : Gubernur Khofifah Resmikan Huntara untuk Korban Tanah Gerak di Trenggalek

Jatim Bangun Instalasi Karantina Terpadu Pertama di Indonesia, Khofifah Teken MoU Badan Karantina

Sabtu, 05 Juli 2025 | 08:47 WIB
header img
Gubernur Khofifah meneken MoU dengan Badan Karantina Indonesia untuk pembangunan Instalasi Karantina Terpadu pertama di Indonesia di Puspa Agro. Foto iNewsSurabaya/lukman

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Pemerintah Provinsi Jawa Timur mencetak sejarah baru dalam sistem logistik dan keamanan hayati nasional. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Badan Karantina Indonesia untuk pembangunan Instalasi Karantina Terpadu pertama di Indonesia, Jumat (4/7/2025), di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.

MoU strategis ini juga diikuti Perjanjian Kerja Sama antara Badan Karantina dan PT Jatim Grha Utama (JGU), menempatkan fasilitas karantina di kawasan Puspa Agro, Sidoarjo. Proyek ini menjadi terobosan penting dalam memperkuat posisi Jatim sebagai gerbang utama ekspor-impor nasional.

Khofifah menyebut bahwa keberadaan Instalasi Karantina Terpadu ini akan memangkas biaya logistik secara signifikan serta menekan waktu tunggu atau dwelling time.

"Laboratoriumnya sudah lengkap, ada bea cukai, ada Badan Karantina. Baik untuk ekspor maupun impor. Artinya, semua layanan ada dalam satu kawasan dan lebih efisien,” jelas Khofifah.

Selain efisiensi, sistem ini diyakini bakal meningkatkan daya saing produk ekspor Jatim, karena proses dokumentasi ekspor-impor akan lebih cepat dan transparan.

Menurut Khofifah, kehadiran instalasi ini akan berdampak langsung pada peningkatan investasi ke Jawa Timur. Ia menyebut, efisiensi rantai pasok akan berdampak pada penurunan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yang menjadi indikator penting dalam dunia usaha dan investasi.

“Tentunya, ini akan menjadi nilai tambah dalam menarik investor. Produk kita lebih kompetitif, dan Jatim makin dilirik sebagai pusat perdagangan nasional dan internasional,” ujarnya optimistis.

Signifikansi proyek ini tampak dari data perdagangan Jatim selama 2024, yang mencatatkan nilai ekspor sebesar USD25,80 miliar dan impor mencapai USD29,97 miliar. Fasilitas karantina memainkan peran krusial dalam memastikan kualitas dan keamanan produk yang keluar maupun masuk wilayah.

Dengan luas 50 hektare, Puspa Agro diproyeksikan sebagai pusat karantina modern nasional. Kawasan ini telah dilengkapi laboratorium uji canggih, sistem logistik terpadu, hingga layanan kepabeanan. Semua terintegrasi demi menciptakan ekosistem perdagangan yang efisien dan kompetitif.

“Kami ingin mempercepat arus barang, menurunkan biaya logistik, dan yang paling utama, menjamin keamanan hayati produk unggulan Jatim,” tegas Khofifah.

Kepala Badan Karantina Indonesia, Dr. Sahat Manaor Panggabean, menyatakan bahwa proyek ini akan menjadi model perkarantinaan nasional dan siap direplikasi di wilayah lain.

“Semua proses, dari karantina hingga bea cukai, akan dilakukan di satu kawasan. Sistem ini juga terkoneksi dengan negara mitra dagang, sehingga proses ekspor-impor lebih transparan dan terpercaya,” jelasnya.

Pihaknya menargetkan instalasi ini bisa mulai beroperasi pada akhir 2025, mengingat semua infrastruktur telah siap.

Direktur Utama PT Jatim Grha Utama (JGU), Mirza Muttaqien, menegaskan dukungan penuh terhadap visi besar Gubernur Jatim dalam menjadikan provinsi ini sebagai Gerbang Baru Nusantara.

“Setiap barang yang masuk atau keluar pelabuhan akan transit terlebih dulu di kawasan ini. Pemeriksaan laboratorium, bea cukai, hingga transit karantina semua dilakukan di satu tempat. Ini benar-benar memangkas waktu dan biaya,” tandas Mirza.

 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut