Dari Restoran ke Ruang Kelas, Furnitur Bekas yang Menopang Mimpi Anak Negeri
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Tidak semua ruang belajar di Indonesia berdiri dengan fasilitas lengkap. Di banyak daerah, anak-anak masih belajar di kelas sempit dengan meja kursi seadanya, bahkan ada yang bertahun-tahun menggunakan peralatan rusak.
Di tengah keterbatasan itu, muncul inisiatif unik: furnitur yang sebelumnya dipakai di restoran dan kantor kini dialihkan ke ruang kelas. Meja, kursi, rak buku, hingga proyektor diberi kehidupan baru untuk membantu sekolah-sekolah yang kekurangan fasilitas belajar.
Contohnya terlihat di SDIT Nurul Huda Cipinang, Jakarta Timur, serta PKBM Binar dan SMK Maleo di Bintaro, Tangerang Selatan. Sekolah-sekolah ini dikenal sebagai lembaga pendidikan inklusif yang membuka pintu selebar-lebarnya bagi anak-anak tanpa memandang latar belakang ekonomi.
PKBM Binar dan SMK Maleo bahkan sudah bertahun-tahun memberi pendidikan gratis, dikelola oleh guru serta relawan dengan semangat pengabdian. Namun semangat itu kerap terbentur keterbatasan fasilitas belajar.
“Bukan soal kurangnya semangat siswa, tapi lebih pada minimnya sarana. Banyak meja dan kursi rusak, ruang sempit, hingga rak buku yang tak lagi layak,” ungkap Yulianti Hadena, Director of Human Resources & General Services McDonald's Indonesia, salah satu pengelola program sosial di bidang pendidikan.
Kini, total 256 peralatan belajar layak pakai telah disalurkan ke sekolah penerima. Daftar donasi mencakup meja, kursi, lemari, rak buku, laptop, hingga proyektor. Setiap furnitur dipastikan aman digunakan agar benar-benar mendukung suasana belajar.
Di SDIT Nurul Huda, empat ruang tambahan untuk kelas 5 dan 6 yang sebelumnya kosong kini terisi furnitur baru. Suasana belajar pun menjadi lebih kondusif.
Di PKBM Binar, rak buku menggantikan kardus yang dulu dipakai untuk menyimpan koleksi bacaan. Anak-anak kini lebih semangat membaca.
Di SMK Maleo, meja dan kursi baru membuat kegiatan praktik berjalan lebih fokus, sementara guru bisa mengatur kelas lebih efektif.
“Setiap kontribusi kecil bisa membawa dampak besar bagi masa depan anak-anak,” tambah Yulianti.
Inisiatif ini tak sekadar soal furnitur bekas yang dimanfaatkan kembali. Program ini menjadi bukti bahwa barang yang sudah tidak terpakai masih bisa memberi nilai bagi masyarakat, sekaligus mengurangi limbah.
Dengan demikian, konsep berkelanjutan dapat berjalan beriringan dengan peningkatan kualitas pendidikan.
Editor : Arif Ardliyanto