Provinsi Jawa Timur memiliki pulau tersembunyi yang masih sangat natural dan alami. Pulau ini berada dibawah kekuasaan Kabupatan Gresik, berada ditengah laut keindahan pulau ini sulit untuk ditandingi.
Pulau ini bernama Bawean. Tak banyak orang yang tahu, apa sebenarnya isi pulau ini. Padahal, potensi pulau ini sangat besar, mulai sumberdaya alam, laut dan darat. Mengutip tulisan Abd Saddam Mujib, Kabid Pengembangan Sumber Daya Laut, Perkumpulan Peduli Konservasi Bawean menyebutkan, Pulau Bawean memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar.
Sumberdaya alam tersebut mencakup sumberdaya laut dan daratan. Sumberdaya alam laut berupa kekayaan bahari seperti terumbu karang, lamun, mangrove, pantai, dan perikanan sedangkan sumberdaya alam daratan berupa pertanian, perkebunan, dan peternakan.
Semua sumberdaya tersebut masih ‘tertidur’ karena potensinya belum dikelola secara maksimal. Penelitian Ramli, Muntasib, and Kartono (2012) menyebutkan, daya tarik terhadap kekeyaan bahari di Pulau Bawean masih sangat rendah dengan persentase 2% - 4%. Berbeda dengan daya tarik masyarakat terhadap kakayaan alam lainnya seperti danau, air terjun, dan penangkaran rusa yang persentasenya berkisar 10% - 30%.
Danau Kastoba menjadi destinasi paling menarik di Pulau Bawean dengan persentase daya tarik mencapai 28,63%. Sementara kekayaan bahari Pulau Bawean belum terekspos secara maksimal.
Masih minimnya penelitian yang dilakukakan oleh perguruan tinggi untuk meneliti kekayaan sumberdaya alam khususnya sumberdaya laut. Hutan mangrove, terumbu karang, dan wisata bahari masih sangat minim dieksplor oleh perguruan tinggi di Indonesia.
Hal ini menjadikan potensi sumberdaya alam di Bawean masih tertidur. Selain perguruan tinggi, pemerintah daerah pun masih belum menyadari bahwa kekakayan bahari di Pulau Bawean memiliki potensi yang sangat besar.
Salah satu daya tarik yang masih tersembunyi adalah keberadaan terumbu karang. Terumbu karang merupakan kekayaan bahari yang dimiliki oleh Pulau Bawean. Terumbu karang tersebut memiliki potensi yang cukup bagus untuk dikelola dengan baik.
Potensi terumbu karang tersebut dapat menjadi destinasi wisata baik itu masyarakat lokal maupun pengunjung dari luar Pulau Bawean.
Adapun beberapa lokasi terumbu karang yang sangat direkomendasikan yaitu, Pulau Cina, Pulau Noko, Pulau Gili, dan beberapa hamparan terumbu karang di sekeliling Pulau Bawean.
Menurut Sukandar (2017), potensi terumbu karang di beberapa pulau tersebut bisa menjadi spot diving dan snorkling karena memiliki nilai kesesuaian dari 82% – 84%.
Luas terumbu karang di pulau bawean mencapai 5589.52 Ha di sepanjang hamparan pesisir Pulau Bawean. Luas terumbu karang yang dapat menjadi spot snorkling 31.83 Ha sedangkan luas yang dapat menjadi spot diving 85,4 Ha (Sukandar, 2017).
Kedua wisata bahari tersebut merupakan primadona baik bagi pengunjung dari luar pulau bawean maupun pengunjung internasional. Luas terumbu karang ini merupakan potensi yang sangat besar dan bisa memberi dampak yang baik terhadap lingungan baik itu lingkungan pesisir maupun lingkungan laut.
Potensi diving dan snorkling itu tidak lepas dari perairan laut Pulau Bawean yang memiliki tingkat kecerahan yang baik serta kedalaman yang masih bisa mendapat cahaya sinar matahari. Seperti yang kita ketahui, kedalaman di sekitar perairan Pulau Bawean itu berkisar 40 – 70 meter.
Penelitian Wardhani and Hidayah (2012) menyebutkan, terumbu karang di bagian timur Pulau Bawean memiliki tutupan mencapai 60% yang dapat dikategorikan baik. Hal ini dapat menjadi rujukan bahwa potensi kekayaan bahari khususnya terumbu karang di Pulau Bawean sangat tinggi dan dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan masyarakat pesisir di pulau tersebut.
Pulau Baweaan memiliki daya tarik yang masih tersembunyi dari pandangan orang banyak. Terumbu karang menjadi daya tarik tak tertandingi di Indonesia
Pulau Bawean ini memiliki keanekaragamn jenis karang. Beberapa penelitian di Pulau Bawean telah menunjukkan bahwa di sisi timur Pulau Bawean, tepatnya di Pulau Gili dan Pulau Noko terdapat sekitar 46 jenis karang keras dengan total koloni karang yang dtemukan mencapai 202 koloni.
Berdasarkan diameter koloninya yang berkisar antara 13 cm – 200 cm, dapat disimpulkan bahwa umur dari terumbu karang tersebut masih sangat produktif sehingga bisa saja di masa mendatang akan lebih beranekaragam lagi (Luthfi & Anugrah, 2017).
Hasil penelitian seperti ini harus menjadi rujukan oleh pemerintah daerah sehingga dapat membuat suatu program yang dapat menyelamatkan terumbu karang dari kerusakan.
Selain di dua pulau tersebut (Noko dan Gili), di daerah pesisir Pulau Bawean juga memiliki terumbu karang tidak kalah menarik (Gambar 4 dan Gambar 5). Contohnya di Desa Daun, selain terkenal dengan mangrovenya, Desa Daun juga menyimpan kekayaan bahari di bawah laut. Desa Daun juga memiliki kekayaan terumbu karang. Menurut Atika (2019), terumbu karang di perairan Desa Daun memiliki indeks keanekaragaman berkisar 2,5 – 2,7 dengan jumlah jenis berkisar antara 16 – 23 Genus Karang. Genus yang paling banyak ditemukan adalah genus Accropora sebanyak 21 spesies.
Perlu diketahui bersama bahwa terumbu karang memiliki fungsi ekologi yang penting. Kehadiran terumbu karang menjadi rumah bagi ikan dan juga dapat menjadi tempat mencari makan, dan daerah asuhan atau pembesaran biota-biota laut.
Selain dari itu, fungsi ekologi yang lain juga masih banyak lagi seperti penelitian Richardson, Graham, and Hoey (2020) bahwa terumbu karang menjadi tempat terjadinya grazing oleh organisme yang berasosiasi dengan terumbu karang.
Proses grazing ini menjadi pengontrol sehingga tidak terjadi blooming makroalga yang dapat mengancam keberadaan terumbu karang (Richardson et al., 2020).
Editor : Arif Ardliyanto