Ricuh, Mahasiswa Kepung Polrestabes Surabaya, Tuntut Pembebasan Rekan yang Ditahan
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Gelombang aksi mahasiswa kembali mengguncang Kota Pahlawan. Setelah sejumlah pos polisi di Surabaya hancur akibat kerusuhan demo sehari sebelumnya, kini giliran Polrestabes Surabaya di Jalan Veteran menjadi sasaran.
Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus mendatangi markas kepolisian pada Sabtu (30/8/2025) sore untuk menuntut pembebasan rekan mereka yang masih ditahan.
Awalnya aksi berlangsung damai. Namun, sekitar pukul 16.50 WIB ketegangan meningkat ketika sebagian peserta melempar botol air mineral dan petasan ke arah polisi. Aparat yang berjaga merespons dengan menembakkan gas air mata serta mengerahkan mobil water cannon pada pukul 17.00 WIB. Massa pun kocar-kacir di sekitar lokasi.

Seorang orator menyampaikan, ada sekitar 50 mahasiswa dan aktivis masyarakat sipil yang ditahan pada aksi sebelumnya. “Kami datang menjemput kawan-kawan kami yang masih ditahan. Beberapa bahkan mengalami tindak kekerasan. Kami menuntut keselamatan mereka dijamin,” ujarnya lantang.
Menurut Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, sedikitnya 43 orang diamankan dalam aksi ricuh semalam. Ironisnya, mayoritas dari mereka masih berusia anak. Sementara itu, sejumlah fasilitas milik Polrestabes Surabaya rusak. Tulisan neon box bertuliskan “Museum Hidup Polrestabes Surabaya” tampak hancur, dengan kaca mika pecah hampir di seluruh bagian.
LLDIKTI Ingatkan Mahasiswa: Sampaikan Aspirasi dengan Bermartabat
Menanggapi aksi mahasiswa yang terus meluas, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII, Prof. Dr. Dyah Sawitri, SE, MM, menegaskan bahwa demonstrasi diperbolehkan selama disampaikan dengan cara yang santun.
“Silakan menyuarakan aspirasi, tetapi lakukan secara konstruktif dan bermartabat,” katanya saat menghadiri wisuda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.
Dyah juga mengingatkan mahasiswa agar lebih terkoordinasi dan tidak mudah terprovokasi. “Jadikan aksi ini cerminan identitas akademik. Tuntutan harus murni, berangkat dari pemikiran positif, bukan emosi,” tegasnya.
Editor : Arif Ardliyanto