get app
inews
Aa Read Next : Sosok Dito, Cucu Tangan Kanan Presiden Soeharto yang Mampu Buat Nikita Mirzani Menangis Dipenjara

Kisah Jenderal Subagyo, Angkatan Luhut yang Berani Tentang Keinginan Presiden

Minggu, 03 April 2022 | 08:00 WIB
header img
Jenderal TNI (Purn) Subagyo Hadi Siswoyo alias Subagyo HS berani berkata ‘tidak’ untuk melawan kebijakan Soeharto yang tidak popular.

Presiden RI kedua, Soeharto sangat kental dengan TNI. Hampir semua keinginannya mendapatkan dukungan di tubuh angkatan bersenjata milik Indonesia ini. Soeharto memiliki tempat tersendiri di tubuh TNI, banyak jasa yang diukir hingga TNI menjadi besar.

Dalam perjalanan menjadi penguasa Indonesia, Soeharto ingin terus mempertahankan kekuasaanya. Berbagai posisi untuk melanggengkan kekuasaanya terus dicetak, supaya tidak ada satupun orang yang menggoyang keberadaanya.

Selama memimpin Indonesia, hanya ada satu Jenderal yang berani terang-terangan menentang kebijakan Presiden RI, Soeharto. Ia adalah Jenderal TNI (Purn) Subagyo Hadi Siswoyo alias Subagyo HS. Jenderal ini berani berkata ‘tidak’ untuk melawan kebijakan Soeharto yang tidak popular.

Kisah ini sangat terkenal di tubuh TNI, saat itu Jenderal TNI (Purn) Subagyo Hadi Siswoyo alias Subagyo HS merupakan tokoh militer yang cukup dikenal di awal-awal Reformasi 1998. Sebagai orang nomor satu di TNI Angkatan Darat (AD), Subagyo ikut bertanggung jawab menjaga stabilitas keamanan di Tanah Air yang saat itu tengah mengalami pergolakan.

Peraih dua kali Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) dalam Operasi Seroja dan Operasi Woyla ini, Subagyo merupakan satu-satunya Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang merasakan kepemimpinan tiga presiden yakni, Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie dan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Dikutip dari buku biografi berjudul ”Jenderal TNI Wiranto: Penegak Gerakan Disiplin Nasional” disebutkan mantan Pangkostrad ini diangkat menjadi KSAD menggantikan Jenderal TNI Wiranto yang diangkat sebagai Panglima TNI. ”Berdasarkan keputusan yang diterimanya, Jenderal TNI Wiranto akan menyerahkan jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Darat kepada penggantinya yakni, Letnan Jenderal TNI Subagyo HS,” tulis buku tersebut dikutip, Minggu (3/4/2022).

Sejak dilantik Presiden Soeharto menjadi KSAD ke-20, Subagyo langsung dihadapkan pada tantangan berat. Di mana Indonesia tengah menghadapi masa-mas sulit. Tuntutan Reformasi bergulir ketika Soeharto kembali terpilih untuk yang ketujuh kalinya sebagai Presiden.

Kala itu, Presiden Soeharto menggandeng BJ Habibie sebagai wakilnya. Di mana harga-harga kebutuhan pokok (sembako) dan Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami kenaikan cukup tinggi. Melonjaknya angka pengangguran akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran menyebabkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah semakin besar. Hal itu memicu aksi demonstrasi mahasiswa dan masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia.

Saat itu, Soeharto menjawab “tidak”. Mendengar jawaban tersebut, Subagyo langsung menolak tawaran tersebut. Sebab rencananya posisi Pangkopkamtib akan dijabat oleh Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto. Sedangkan dirinya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) akan menjadi wakil panglima (Wapang).

“Dalam pikiran saya kalau jabatan Menhankam/Pangab tidak dipisah maka jabatan Pangkopkamtib yang ditawarkan presiden kepada saya akan rancu dengan jabatan KSAD. Karena KSAD selaku pembina TNI AD tidak punya kewenangan operasional. Lagi pula awalnya yang akan menjadi Pangkopkamtib adalah Pangab dan KSAD menjadi wakil panglima (Wapang). Oleh karena itu saya menolak tawaran dari Pak Harto untuk menjadi Pangkopkamtib,” ujar Subagyo


Jenderal TNI (Purn) Subagyo Hadi Siswoyo alias Subagyo HS berani berkata ‘tidak’ untuk melawan kebijakan Soeharto yang tidak popular.

Alasan lainnya, waktu itu jabatan Kopkamtib sudah tidak populer lagi di dalam negeri. Bahkan bukan hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri Kopkamtib tidak populer karena terkesan negara dalam keadaan tidak aman dan tidak tertib.

Subagyo juga mengusulkan agar organisasi di Mabes ABRI dioptimalkan. Kopkamtib sendiri dibentuk pada 10 Oktober 1965, sesaat setela meletusnya peristiwa G30S/PKI. Pembentukan Kopkamtib saat itu dilandasi keadaan negara yang sangat kacau dan genting.

Mayjen TNI Soeharto menjadi Panglima Kopkamtib (Pangkopkamtib) pertama. Keberadaannya semakin kuat setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada 1966. Kopkamtib bisa dikatakan sebagai lembaga superpower yang memiliki kewenangan sangat luas. Sejak dibentuk, Pangkopkamtib biasanya selalu dijabat orang-orang dekat Soeharto.

Beberapa Pati TNI yang pernah menjabat sebagai Pangkopkamtib adalah Jenderal Maraden Panggabean periode 1969- 1973, Jenderal Soemitro periode 1973-1974, Laksamana Soedomo yang pada awalnya menjabat Pelaksana Tugas (Plt) periode 1974-1978 kemudian diangkat menjadi Pangkopkamtib 1978-1983.

Sebagai KSAD, Subagyo HS juga melakukan pembenahan terhadap pusat pendidikan (Pusdik). Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) yang saat itu dijabatan Mayjen TNI Luhut Binsar Panjaitan (LBP) teman seangkatan saat sama-sama mengikuti pendidikan di Akademi Militer (Akmil) pada 1970 membuat upaya untuk menyelaraskan program pendidikan berjalan dengan baik.

Termasuk melakukan penggantian terhadap sejumlah Perwira Tinggi TNI AD di antaranya, Pangdam Jaya dari Mayjen TNI Djaja Suparman kepada Mayjen TNI Ryamizard Ryacudu, kemudian Pangdam III/Siliwangi dari Mayjen TNI Djamari Chaniago kepada Mayjen TNI Purwadi dan Pangdam IV/Diponegoro dari Tyasno Sudarto kepada Bibit Waluyo dan beberapa panglima kotama lainnya.

”Hanya dalam waktu dua puluh satu bulan (16 Februari 1998-20 November 1999) Panglima TNI Laksamana Widodo AS memimpin upacara penggantian KSAD Subagyo HS kepada Jenderal TNI Tyasno Sudarto,” tulis buku tersebut.

Sosok Subagyo HS memiliki kenangan tersendiri bagi Prabowo Subianto. Menteri Pertahanan (Menhan) ini mengaku dekat dengan Subagyo HS sejak masih perwira muda. Hubungannya semakin dekat dengan pria kelahiran Piyungan, Bantul, Yogyakarta pada 12 Juni 1946 ketika menjadi pengawal Pak Harto.

”Saat Pak Bagyo Komandan Kopassus, saya ditarik menjadi wakil beliau sebagai Wakil Komandan Kopassus. Itu merupakan promosi yang membanggakan bagi saya,” kenang Prabowo dalam bukunya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan Dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.


Kopassus

Prabowo yang ketika Reformasi 1998 bergulir menjabat sebagai Danjen Kopassus dan Pangkostrad menilai, Subagyo HS sebagai sosok yang periang, selalu memimpin dari depan, memberi contoh, dan terbuka serta tidak mencla mencle. ”Melalui pasang surut perjalanan karier Pak Bagyo, dia selalu membela anak buahnya. Beberapa hal yang saya pelajari dari beliau antara lain sifatnya yang ramah, jiwanya yang loyal dan setia, selalu membela anak buah. Ia juga tenang saat disakiti,” ucap Prabowo.

 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Berita iNews Surabaya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut