Resmi Jadi Guru Besar, Prof Hufron Singgung Pemakzulan, Prof Fajar Bicara Kecanggihan Teknologi
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mencatat sejarah penting dengan mengukuhkan dua Guru Besar baru dalam rapat terbuka di Auditorium Suparman Hadipranoto, Grha Wiyata, lantai 9, Selasa (16/9/2025). Momen ini menjadi tonggak strategis bagi “Kampus Merah Putih” untuk memperkuat kontribusi akademik di bidang hukum tata negara serta teknologi pengolahan citra digital.
Acara pengukuhan berlangsung khidmat sekaligus meriah. Kehadiran pimpinan Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA), jajaran rektorat, para dosen, hingga keluarga besar kedua profesor yang dikukuhkan, membuat suasana semakin istimewa. Tari Remo persembahan UKM Tari Untag menambah nuansa budaya sekaligus meneguhkan identitas nasionalis kampus tersebut.
Guru Besar Fakultas Hukum, Prof. Dr. Hufron, S.H., M.H., dalam orasi ilmiahnya berjudul Urgensi Pembentukan Undang-Undang Lembaga Kepresidenan, menyoroti problem konstitusional yang selama ini kurang mendapat perhatian. Menurutnya, kewenangan presiden di Indonesia sangat luas, sementara posisi wakil presiden belum memiliki aturan yang jelas.
“Demokrasi akan lebih sehat bila hukum ditempatkan di atas kekuasaan. Karena itu, pembentukan Undang-Undang Lembaga Kepresidenan merupakan kebutuhan mendesak,” tegasnya.

Hufron juga menyinggung peran wakil Presiden yang menjadi orang kedua dan seolah tidak begitu memiliki kewenangan. Lebih jauh lagi, kader NU ini juga membicarakan soal pemakzulan yang bisa dilakukan di Indonesia. "Saya akan mengirim hasil riset ini ke Presiden hingga MK. Undang-undang kelembagaan negara harus ada," ujar dia.
Sementara rekam jejak Prof. Hufron bukan orang sembarangan. Ia merupakan lulusan terbaik di tiga jenjang pendidikan hukum, keterlibatan dalam riset internasional bersama World Bank Group, hingga kiprahnya sebagai tim hukum KPU RI di Mahkamah Konstitusi saat sengketa Pemilu 2024. Ia juga aktif menyampaikan gagasan konstitusi di berbagai media nasional.
Disisi lain, Prof. Dr. Fajar Astuti, S.Kom., M.Kom. dari Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) menekankan pentingnya peran teknologi sebagai penguat karakter bangsa. Dalam orasinya bertajuk Pengolahan Citra Digital dalam Kerangka Pendidikan Tinggi dan Patriotisme: Manusia, Teknologi, dan Nasionalisme, ia memaparkan bagaimana teknologi berkembang dari masa ke masa dan relevansinya dengan pendidikan.
“Teknologi bukan sekadar algoritma, tetapi instrumen untuk membangun identitas dan semangat patriotisme. Hal ini sejalan dengan visi Untag Surabaya menuju universitas unggul berbasis karakter bangsa,” jelas Prof. Fajar.
Capaian akademiknya pun membanggakan: lulusan terbaik Program Doktor Ilmu Komputer ITS dengan IPK sempurna 4,00, peraih Best Presentation Award di Konferensi Internasional Hanoi 2019, hingga penerima hibah bergengsi seperti World Class Professor (2022) dan hibah fundamental reguler (2025).
Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPA., menegaskan bahwa pengukuhan guru besar bukan akhir perjalanan akademik, melainkan awal tanggung jawab baru. “Dari sinilah lahir inovasi, pemikiran strategis, dan karya akademik yang bermanfaat, baik bagi masyarakat maupun bangsa,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua YPTA Surabaya, J. Subekti, S.H., M.M., yang menyebut pencapaian ini sebagai bukti nyata dedikasi Untag Surabaya dalam mencetak akademisi berintegritas.
Sementara itu, Kepala LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur, Prof. Dr. Dyah Sawitri, S.E., M.M., mengingatkan bahwa karya nyata guru besar akan berdampak besar jika dikolaborasikan dengan industri, pemerintah, dan masyarakat. Menurutnya, sinergi riset dan kurikulum berbasis Outcome Based Education (OBE) akan memperkuat kontribusi pendidikan tinggi dalam mendukung pembangunan nasional.
Pengukuhan ini juga mendapat perhatian dari Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, S.IP., M.Si., yang hadir langsung untuk memberi dukungan. Kehadirannya menjadi wujud nyata kolaborasi lintas sektor antara akademisi dan pemerintah daerah.
Dengan hadirnya dua guru besar baru ini, Untag Surabaya kian meneguhkan jati dirinya sebagai kampus nasionalis yang tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga mengakar pada pengabdian masyarakat serta pembangunan bangsa.
Editor : Arif Ardliyanto