Industri dan Ekspor Menguat, Arus Peti Kemas Nasional Ikut Tumbuh Pesat, Begini Analisis Ekonom
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Menjelang pergantian tahun, geliat aktivitas logistik di berbagai pelabuhan Indonesia semakin terasa. Kesibukan kontainer yang keluar masuk terminal tidak hanya menandai meningkatnya pergerakan barang, tetapi juga memberi optimisme baru bagi PT Pelindo Terminal Petikemas. Perusahaan pelat merah ini meyakini target arus peti kemas untuk tahun 2025 bukan hanya tercapai, tetapi berpeluang melampaui ekspektasi.
Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas, Widyaswendra, mengungkapkan bahwa hingga November 2025, total arus kontainer yang tercatat sudah mencapai 12,12 juta TEUs. Angka itu diperkirakan naik menjadi 13,13 juta TEUs pada akhir tahun—lebih tinggi dibandingkan capaian 2024 yang sebanyak 12,48 juta TEUs.
“Kami optimistis target tahun depan yang dipatok 12,95 juta TEUs bisa tercapai dengan pertumbuhan sekitar 5 persen. Melihat tren sampai akhir tahun ini, peluang itu cukup besar,” ujarnya.
Di balik angka besar tersebut, terdapat dinamika menarik dari berbagai terminal yang dikelola Pelindo. Beberapa komoditas unggulan daerah ikut mendongkrak arus peti kemas nasional.
TPK Pantoloan, Sulawesi Tengah mencatat peningkatan pengiriman komoditas kelapa hingga 52 persen pada triwulan III 2025.
TPK Bumiharjo, Kalimantan Tengah mengalami lonjakan volume berkat meningkatnya ekspor plywood ke Korea dan Tiongkok.
TPK Teluk Bayur, Sumatra Barat juga menunjukkan tren positif. Komoditas karet naik 20 persen, perlite 45 persen, dan pakan ternak meningkat lebih dari 100 persen.
Selain faktor komoditas, frekuensi kapal dan rute baru turut menjadi pendorong. Di Terminal Teluk Lamong, misalnya, setidaknya terdapat 26 kunjungan kapal selama periode Januari–September 2025.
“Pertumbuhan yang cukup besar juga terjadi di TPK Semarang. Peningkatan ini tak lepas dari aktivitas industri di kawasan Kendal, Sayung, dan Batang,” lanjut Widyaswendra.
Ekonom senior INDEF, Didik J. Rachbini, mengaitkan meningkatnya arus kontainer dengan stabilnya pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan III 2025, ekonomi Indonesia tumbuh 5,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurutnya, percepatan industrialisasi merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas nasional.
“Industri, khususnya manufaktur, adalah motor perekonomian. Jika sektor ini bergerak, perdagangan ikut tumbuh, ekspor naik, dan lapangan kerja semakin luas. Dampaknya akan langsung terlihat pada peningkatan arus peti kemas,” jelas Didik.
Ia mencontohkan keberhasilan hilirisasi nikel yang mulai menunjukkan hasil nyata. Pada 2024, nilai ekspor produk turunan nikel mencapai USD 33,9 miliar, melonjak tajam dari USD 3,3 miliar pada 2017.
Lebih jauh ia menyebut, kolaborasi industri, investasi, dan ekspor global menjadi pilar utama menuju pertumbuhan ekonomi 8 persen. “Arus peti kemas adalah cerminan dinamika logistik. Jika industrinya lesu, sulit berharap pergerakan kontainer meningkat.” katanya.
Dari sisi kebijakan, Agus Pambagio, Managing Partner PH&H Public Policy Interest Group, menekankan pentingnya penguatan infrastruktur pelabuhan agar Indonesia semakin kompetitif. Ia menilai keberadaan pelabuhan yang mampu berfungsi sebagai transhipment hub mutlak dibutuhkan untuk memperlancar lalu lintas perdagangan.
“Kebijakan juga harus selaras dan mendukung iklim investasi. Jangan sampai aturan saling bertentangan sehingga pembangunan tidak maksimal,” tegasnya.
Dengan penguatan industri, peningkatan ekspor, hingga perbaikan infrastruktur, optimisme Pelindo Terminal Petikemas memasuki 2025 bukanlah tanpa alasan. Lonjakan arus peti kemas yang terjadi di berbagai daerah menjadi bukti bahwa denyut logistik nasional terus menguat menuju tahun yang baru.
Editor : Arif Ardliyanto