Bicara tentang mimpi, Iwan mengakui hal tersebut berjalan secara evolutif. Saat menghabiskan masa kecilnya di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dia sama sekali belum memiliki mimpi apa-apa. Bahkan mengerti apa itu mimpi pun tidak. Begitu pun ketika masa remajanya dilakoni di Surabaya.
“Hanya satu yang saya ketahui, saya suka menggambar. Dan kecintaan saya akan mengambarlah yang menuntun saya menemukan mimpi. Mimpi yang sesuai dengan passion saya. Mimpi untuk membuat bangunan yang lebih baik, lebih cantik, bahkan menjadi tengara baru di area sekitarnya,” ungkap Iwan.
Perjalanan Crown Group hingga menapak ke posisi sekarang, sebagai “one of Australia’s largest private developers” tentu tidaklah mudah.
Dibutuhkan persistensi, konsistensi, dan perseverance (daya tahan) untuk mengatasi hambatan yang ada. Namun itu semua (persistensi, dst) muncul karena Crown Group sendiri punya mimpi untuk membuat hal-hal besar dan hebat.
“Jadi, setelah 25 tahun berkarya dan melihat perkembangan Crown Group, pada akhirnya, saya meyakini betul kekuatan mimpi,” kata Iwan.
Iwan sendiri mengaku belajar dari orang-orang hebat tentang arti mimpi. “Jika dulu our founding fathers, Soekarno, Hatta, Soepomo, Tan Malaka, Mohammad Yamin, Ki Hadjar Dewantara, Sutan Sjahrir tidak bermimpi untuk kemerdekaan Indonesia, mungkin kita tidak pernah bisa merdeka hingga detik ini,” paparnya.
Hal yang sama, katanya, dia dapatkan ketika berkaca dari para pebisnis besar. “Apabila Harley & Davidson, Guglielmo Marconi, atau Henry Ford tidak mengejar mimpi mereka, kita tidak akan pernah mengenal motor, radio dan mobil,” ujarnya.
Editor : Ali Masduki