Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) dan Dewan Kesenian Surabaya (DKS) yang merupakan representasi dari seniman bahkan tidak pernah diajak berbicara tentang kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan perkembangan kesenian di Jawa Timur.
"Dulu Gubernur hingga Kepala Dinas memiliki kepedulian terhadap para seniman. Pada momen-momen tertertu seperti saat bulan suci Ramadan, seniman dirangkul dan diajak bersilaturahmi dengan buka bersama dalam suasana hangat," ujarnya.
Apresiasi terhadap para seniman juga diwujudkan dengan berbagai cara, seperti pemberian penghargaan bagi seniman berprestasi, hingga ada Tunjangan Hari Raya (THR).
Saat itu, kata dia, memang banyak seniman-seniman yang memerlukan uluran tangan dari pemerintah, sehingga digulirkan menjadi program khusus bagi seniman. Pemberian santunan kepada seniman-seniman ini masuk dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur.
"Ada dua program, yakni 10 penghargaan untuk seniman berprestasi yang bisa menjadi motivasi dan mendorong seniman untuk tetap berkreatifitas. Selain itu juga ada program tali asih bagi seniman sebagai bentuk kepedulian dari pemerintah terhadap seniman yang sudah tidak bisa produktif," terangnya.
"Saya pikir hal itu menjadi keniscayaan bagaimana kebudayaan di Jawa Timur bisa tumbuh dan berkembang," lanjut Luhur.
Namun terjadi perubahan yang sangat drastis ketika Kadispubpar Jatim berganti. Program yang sudah tertata menjadi kacau.
"Padahal selama ini, seperti program taliasih yang memang anggaran sangat terbatas, maka pemberian sangat selektif dan ketat dalam proses pemberiannya melibatkan DKS dan DKJT sehingga tepat sasaran," tegasnya.
Editor : Ali Masduki