S.K Trimurti
Surastri Karma Trimurti adalah perempuan asal Surakarta yang lahir pada 11 Mei 1912. Melansir artikel Sejarah dan Budaya bertajuk ‘S.K. Trimurti: Pejuang Perempuan Indonesia’, ia dikenal sebagai seorang wartawan yang tulisan-tulisannya kerap membuat panas pemerintah Belanda. Meskipun sering mendapat sorotan tajam dari kolonial, semangatnya tidak pernah padam. Ia semakin berani dan terus menuliskan apa yang menjadi pemikirannya.
Ketika Proklamasi kemerdekaan, S.K Trimurti sebenarnya diminta untuk mengibarkan bendera pusaka. Namun, ia menolak dan mengatakan bahwa pengibaran sebaiknya diambil alih oleh prajurit. Tanpa instruksi, Latief Hendraningrat yang mengenakan seragam PETA maju dan mengibarkan bendera bersama S. Suhud.
Gonowati Djaka Sutadiwiria
Gonowati adalah mahasiswi sekolah kedokteran atau Ika Daiku yang juga menyaksikan Proklamasi Indonesia. Ia berperan sebagai anggota pengamanan yang menjamin jalannya Proklamasi agar berlangsung aman dan tertib. Diketahui, ketika itu mahasiswa membantu Barisan Pemuda, Barisan Pelopor, dan polisi untuk mengamankan Proklamasi. Sebab, tentara Jepang dikhawatirkan merangsek dan mengacaukan acara sakral tersebut. Saat perang kemerdekaan, Gonowati menjadi anggota PMI dan membantu dalam pengumpulan obat-obatan.
Yuliari Markoem
Sama dengan Oetari, Yuliari juga hadir sebagai perwakilan mahasiswi dalam Proklamasi kemerdekaan. Ia bertugas sebagai anggota kelompok mahasiswa dalam penaikan bendera pusaka. Setelah Proklamasi, Yuliari juga berperan dalam memasok kebutuhan medis ke wilayah gerilya saat perang kemerdekaan pertama.
Diolah dari berbagai sumber/Ajeng Wirachmi/Litbang MPI
Editor : Arif Ardliyanto