Kondisi tersebut jauh berbeda dengan saat ini, dimana pengusaha muda lebih inovatif dan pandai membaca peluang pasar.
Mereka justru lebih sukses jika berbisnis di luar anggaran APBN dan APBD.
Apalagi aturan dalam pengerjaan proyek APBN dan APBD saat ini juga sangat rumit.
Sehingga terjadi seleksi alam, hanya pengusaha tangguh dan inovatif yang mampu bertahan dan berkembang.
Adik juga berbagi pengalaman saat menjadi Ketua Umum Kadin Jatim dan melakukan misi dagang ke berbagai daerah di luar Jatim dengan membawa pengusaha UMKM.
Mereka dengan mudahnya melakukan transaksi miliaran rupiah hanya dalam hitungan hari.
"Sekali mereka membeli bahan nilainya cukup besar. Kemarin saat misi dagang ke Kalsel, ada pengusaha yang melakukan transaksi dengan membeli arang halaban yang nilainya mencapai Rp 20 miliar untuk diekspor ke Eropa. Ada lagi adik kita perempuan, membeli fillet ikan dori dan beragam produk kelautan dengan nilai miliaran rupiah juga. Ini anak muda jaman sekarang. Kalau jaman saya, ke luar pulau atau provinsi lain ya untuk urusan proyek. Ini yang membedakan, apalagi saat ini era digitalisasj," terangnya.
Untuk itu Adik berpesan kepada seluruh pengusaha yang tergabung dalam HIPMI Jatim untuk terus berinovasi dan tanggap terhadap kondisi ekonomi nasional dan global agar bisa terus berkembang.
Selain inovatif, kejelian melihat pasar juga menjadi salah satu kunci utama kesuksesan dalam berbisnis dan berusaha.
Editor : Ali Masduki