SURABAYA, iNews.id - Hari raya Idul Fitri atau lebaran merupakan momen yang sangat di nanti-nanti terutama bagi umat Islam. Berbagai tradisi mengundang sukacita terpancar pada hari kemenangan itu bahkan terjadi sebelumnya.
Pakar sosiologi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Musta’in Mashud, menjelaskan sedikitnya terdapat tiga tradisi menjelang lebaran, yakni mudik, bagi-bagi tunjangan hari raya (THR), dan tradisi menukar uang baru.
Jika diperhatikan dari kacamata sosiologi, tradisi-tradisi tersebut memiliki akar sejarah yang unik serta patut diapresiasi keberadaanya.
Mudik
Mudik atau singkatan dari mulih dilik yang berarti pulang sebentar merupakan tradisi lebaran yang umumnya dilakukan masyarakat urban untuk kembali ke kampung halaman.
Prof Musta’in menjelaskan, bahwa mudik merupakan momen untuk kembali kepada memori masa lampau bersama keluarga.
Hal ini merupakan konsekuensi logis yang terbentuk secara alami di dalam diri manusia ketika berada jauh dari keluarga. Momen itu sudah menjadi kebutuhan diri dan tidak dapat digantikan maupun dikalkulasikan secara ekonomi.
“Proses untuk kembali dari tempat bekerja itu sebagian dari romantisme mereka, jadi segala sesuatu itu tidak bisa dinilai dengan kalkulasi rasional secara ekonomi,” ujar guru besar sosiologi itu.
Editor : Ali Masduki